<p>Proyek pembangunan infrastruktur Kereta Api Cepat Jakarta Bandung / Kcic.co.id</p>
Industri

WIKA Sebut Biaya Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Membengkak Rp24 Triliun

  • PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menyatakan pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) menelan biaya lebih besar dari perkiraan.
Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menyatakan pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) sudah mencapai 77,06% per Agustus 2021. WIKA menargetkan kereta cepat ini dapat beroperasi pada 2022.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko WIKA Ade Wahyu mengungkapkan, dalam perkembangannya, biaya proyek KCJB diestimasikan membengkak hingga US$1,7miliar - US$2,1 miliar. Jumlah ini setara Rp24triliun hingga Rp30 triliun (asumsi kurs Rp14.400).

“Biaya total (pembengkakan) dari KCIC saat ini masih dalam perhitungan, kisaran US$1,7 milia sampai US$2,1 miliar,” ungkapnya secara daring, Rabu, 8 September 2021.

Menurut Ade, pihaknya tengah menggodok hal ini bersama pemegang proyek lain. Tanggungan beban pun telah diusulkan dalam suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) 2022. 

Sebagai informasi, proyek KCJB awalnya ditargetkan rampung pada 2019. Namun, proyek ini tidak berhasil menyelesaikan pembangunan sehingga target pembangunan sempat mundur pada 2021 dan saat ini ditenggat pada 2022.

Proyek ini dimiliki oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang merupakan gabungan dari beberapa BUMN yang disebut PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). 

Dalam holding tersebut, WIKA menjadi anggota bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero), Jasa Marga, dan PTPN VIII. WIKA memiliki porsi saham sebesar 30% atau Rp15,54 triliun dalam proyek ini.

Adapun investor luar yang tergabung dalam KCIC adalah perusahaan Beijing Yawan HSR Co.Ltd. Untuk porsi kepemilikan, sebesar 60% dari KCIC dimiliki oleh PSBI dan sisanya dikempit oleh perusahaan asal China tersebut.