WIKA Sepakati 8 Jurus Restrukturisasi Keuangan dalam RUPSLB
- Perusahaan konstruksi milik BUMN, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), segera menjalankan upaya restrukturisasi untuk penyehatan kondisi keuangan perseroan. Hal itu setelah perusahaan mendapatkan lampu hijau dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Korporasi
JAKARTA—Perusahaan konstruksi milik BUMN, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), segera menjalankan upaya restrukturisasi untuk penyehatan kondisi keuangan perseroan. Hal itu setelah perusahaan mendapatkan lampu hijau dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
“Saat ini PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sedang dalam upaya restrukturisasi untuk penyehatan kondisi keuangan,” ujar Corporate Secretary WIKA Mahendra Vijaya dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Jumat, 20 Oktober 2023.
WIKA mengusulkan delapan strategi dalam rencana restrukturisasi. Pertama, WIKA akan melakukan restrukturisasi keuangan demi mendapatkan keringanan pembayaran pokok dan/atau bunga dalam rangka mengurangi tekanan kas baik jangka pendek maupun menengah.
Hal itu melalui penandatanganan perjanjian restrukturisasi dengan seluruh kreditur perseroan termasuk dokumen jaminan apabila diperlukan. Kedua, perbaikan tata kelola dan manajemen risiko dengan cara memperbaiki prosedur dan model operasi untuk memastikan adanya proses check & balance dalam setiap aktivitas.
Aktivitas tersebut terdiri dari penerapan Enterprise Resource Planning (ERP) berbasis real-time online, perbaikan mekanisme four eyes dalam akuisisi proyek dan dalam monitoring progres proyek, pembuatan dashboard keuangan dan digital Control Tower serta digitalisasi proses-proses penting dalam perseroan.
- Harga Rumah di Medan Tertinggi Se-Indonesia
- Perang Harga, Pendapatan Tesla Kuartal III Naik Tapi Laba Turun
- 5 Kontroversi Robert Kiyosaki Penulis Buku Rich Dad Poor Dad
Ketiga, percepatan penagihan piutang yang bermasalah dengan membentuk unit khusus penagihan piutang dan menjalankan proses klaim baik melalui negosiasi bilateral, mediasi lembaga yang berwenang maupun litigasi melalui pengadilan dan/atau badan arbitrase domestik maupun internasional.
Keempat, melalui asset recycling atau divestasi atas aset-aset non-core perseroan dalam rangka mendapatkan dana tunai untuk perkuatan permodalan perseroan. Kelima, memperbaiki portofolio orderbook dengan berfokus kepada proyek-proyek yang memiliki pembayaran monthly progres.
Hal ini bertujuan mengurangi defisit kas dan kebutuhan modal kerja. Keenam, WIKA menurunkan operating expense sebesar minimal 25% dalam jangka panjang jika dibandingkan tanpa inisiatif. Implementasinya dengan menerapkan manning dalam kepegawaian berbasis enterprise resource planning (ERP).
Selain itu, perseroan akan reorganisasi menyesuaikan dengan fokus bisnis perusahaan dan lean construction. Ketujuh, melalui restrukturisasi dan/atau penurunan pinjaman supply chain financing sebagai bagian dari restrukturisasi pinjaman perbankan dan/atau lembaga keuangan secara keseluruhan.
Terakhir, WIKA menguatkan struktur permodalan melalui rights issue atau penerbitan saham baru melalui mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Diketahui, sampai Juni 2023, perusahaan masih mencatat kerugian Rp1,88 triliun.
Kerugian tersebut melonjak dibanding periode semester pertama tahun sebelumnya yang sebesar Rp13,32 miliar. Perusahaan merugi meskipun mampu meraup kenaikan pendapatan 28% menjadi Rp 9,25 triliun.
Kontrak Baru
Di sisi lain, WIKA baru saja mengumumkan perolehan kontrak baru senilai Rp19,98 triliun. Selain itu WIKA mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,7% (Year-on-Year) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai kontrak mencapai Rp18,04 triliun.
Kontribusi terbesar terhadap perolehan kontrak baru WIKA datang dari segmen infrastruktur dan bangunan gedung, yang menyumbang sekitar 47,3% dari total nilai kontrak.
Sementara itu, segmen industri, EPCC (Engineering, Procurement, Construction, Commissioning), properti, dan investasi juga berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan positif ini.
Sebagian besar proyek yang berhasil diraih oleh WIKA berasal dari BUMN dan pemerintah, dengan skema pembayaran yang mengikuti perkembangan proyek secara bulanan. Hal ini mencerminkan kepercayaan dari para pemberi kerja terhadap WIKA sebagai mitra dalam pengembangan infrastruktur dan proyek konstruksi.