<p>Gedung BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) / Wika.co.id</p>
Korporasi

WIKA Sukses Kumpulkan Kontrak Baru Rp11,59 Triliun, Bagaimana Peluang Sahamnya?

  • PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatatkan perolehan kontrak baru senilai Rp11,59 triliun hingga Juli 2024. Kontribusi terbesar pada kontrak baru berasal dari segmen Industri, Infrastruktur & Gedung, Properti, dan Engineering, Procurement, Construction, Commissioning (EPCC).

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatatkan perolehan kontrak baru senilai Rp11,59 triliun hingga Juli 2024. Kontribusi terbesar pada kontrak baru berasal dari segmen Industri, Infrastruktur & Gedung, Properti, dan Engineering, Procurement, Construction, Commissioning (EPCC).

Sementara itu, pada perdagangan berjalan hari ini, Rabu, 4 September 2024, saham WIKA terpantau masih bergerak stagnan di level Rp460 per saham. Meski begitu, mengacu satu bulan terakhir saham konstruksi BUMN ini terpantau menanjak 133%. 

Lantas bagaimana pergerakan saham WIKA ke depannya? Mandiri Sekuritas memperkirakan bahwa dalam jangka pendek, harga saham WIKA dapat mencapai target resistance di level Rp492 per saham. Namun, ada kemungkinan terjadi pelemahan yang diperkirakan tidak akan turun di bawah level Rp440 per saham.

Sementara itu, Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito menyampaikan, beberapa proyek yang masuk ke dalam daftar kontrak baru tersebut, di antaranya proyek Pembangunan Jetty 1 Baru di Integrated Terminal Manggis, Bali, Gedung BMKG InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) di Jakarta dan Bali, serta beberapa perolehan kontrak lainnya baik di induk maupun anak perusahaan.

“Seiring dengan strategi perseroan untuk meningkatkan keunggulan eksekusi pengerjaan proyek dan pengendalian biaya operasi yang efektif, Perseroan telah menunjukkan progress on track atas upaya transformasi tersebut sehingga mampu menjaga competitiveness-nya serta kepercayaan stakeholders," kata Agung dalam keterangan resmi dikutip, Rabu, 4 September 2024.

Berdasarkan pemberitaan TrenAsia sebelumnya, WIKA juga melaporkan perolehan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp401,95 miliar di semester I-2024, menunjukkan pembalikan profitabilitas dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang mengalami kerugian bersih sebesar Rp1,88 triliun.

Menariknya, kenaikan profitabilitas ini mendorong laba per saham dasar menjadi Rp20,86 per Juni 2024, berbanding terbalik dengan rugi per saham sebesar Rp209,72 pada periode yang sama tahun lalu. 

Meskipun demikian, pendapatan perusahaan mengalami penurunan sebesar 18,57% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp7,53 triliun, dibandingkan Rp9,25 triliun periode yang tahun sebelumnya.

Sejatinya WIKA berhasil menekan beban pokok pendapatan menjadi Rp6,89 triliun di semester I-2024, turun dari Rp8,47 triliun, dengan laba kotor tercatat sebesar Rp645,52 miliar.

Pertumbuhan profitabilitas juga didorong oleh penghasilan lain-lain yang mencapai Rp4,38 triliun di semester I-2024, meningkat signifikan dibandingkan Rp296,76 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Adapun Pendapatan ini sebagian besar berasal dari keuntungan restrukturisasi pinjaman sebesar Rp3,94 triliun dan pemulihan penurunan nilai sebesar Rp361,19 miliar. Selain itu, laba usaha WIKA tercatat mencapai Rp3,39 triliun di semester I-2024, naik dari posisi sebelumnya yang sebesar Rp595,96 miliar.

Dari sisi neraca, WIKA mencatat total aset sebesar Rp67,06 triliun hingga akhir Juni 2024, meningkat 1,64% YoY. Liabilitas turun 9,23% secara tahunan menjadi Rp51,20 triliun, sementara ekuitas melonjak 65,71% menjadi Rp15,86 triliun. 

Terakhir, posisi arus kas setara kas perusahaan pada akhir periode Juni 2024 tercatat mencapai Rp7,04 triliun, meningkat 284,73% secara tahunan dari posisi sebelumnya yang sebesar Rp1,83 triliun.