Industri

World Bank dan IFC Tambah Dana Utang Demi Corona Rp222 Triliun

  • Dana siaga utang itu disiapkan oleh Bank Dunia untuk negara dan perusahaan yang tengah menangkal virus corona.

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

WASHINGTON – Dewan Direksi Bank Dunia dan International Finance Corporation (IFC) menyetujui penambahan paket pembiayaan sebesar US$14 miliar atau setara dengan Rp222,068 triliun (kurs Rp15,862 per dolar AS) untuk membantu perusahaan dan negara dalam upaya mencegah, mendeteksi, dan merespons penyebaran virus corona.  

IFC meningkatkan ketersediaan dana utang menjadi US$8 miliar dari sebelumnya US$6 miliar miliar yang digunakan untuk mendukung perusahaan swasta dan karyawan terdampak pandemik corona ini.

Sebagian besar pembiayaan IFC akan diberikan kepada lembaga keuangan klien untuk keberlangsungan perdagangan, pembiayaan, dukungan modal kerja, dan pembiayaan jangka menengah untuk perusahaan swasta mengalami gangguan rantai pasokan.

“Sangat penting bagi kami untuk mempersingkat waktu pemulihan. Paket ini mendukung dunia bisnis dan pekerjanya untuk mengurangi dampak finansial dan ekonomi dari penyebaran virus corona,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass dikutip dari keterangan resmi, Kamis, 19 Maret 2020.

IFC memiliki rekam jejak yang sukses dalam mengimplementasikan inisiatif respon untuk mengatasi krisis global dan regional yang menghambat aktivitas sektor swasta dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Sebut saja, epidemi Ebola di Afrika dan krisis ekonomi 2008-2009.

Adapun rincian paket yang dikeluarkan IFC adalah, pertama, kucura dana senilai US$2 miliar dari Fasilitas Respons Krisis Sektor Riil, yang akan mendukung infrastruktur, manufaktur, pertanian, dan industri jasa yang rentan terhadap pandemi.

IFC akan menawarkan pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan dan melakukan investasi ekuitas. Instrumen ini juga akan membantu perusahaan di sektor perawatan kesehatan.

Kedua, sebesar US$2 miliar dari Program Keuangan Perdagangan Global, yang akan menanggung risiko pembayaran lembaga keuangan sehingga mereka dapat memberikan pembiayaan perdagangan kepada perusahaan yang mengimpor dan mengekspor barang.

IFC berharap ini akan mendukung perusahaan kecil dan menengah yang terlibat dalam pasokan rantai global.

Ketiga, sebesar US$2 miliar dari program Solusi Modal Kerja, yang akan menyediakan dana kepada bank-bank negara berkembang untuk memberikan kredit guna membantu bisnis menopang modal kerja mereka, kumpulan dana yang digunakan perusahaan untuk membayar tagihan mereka dan memberi kompensasi kepada pekerja.

Keempat, senilai US$2 miliar dari Program Likuiditas Perdagangan Global, dan Program Keuangan Komoditas Kritis, keduanya menawarkan dukungan pembagian risiko kepada bank lokal sehingga mereka dapat terus membiayai perusahaan di pasar negara berkembang. (SKO)