Duh, Dengan Rp72 juta/gram Abu Jenazah Bisa Mengorbit ke Luar Angkasa
Mengikuti sejarah peradaban manusia, beragam cara digunakan untuk mengurus jenazah manusia, mulai dengan cara kremasi, dilarung ke laut, diawetkan atau dikubur. Berbagai metode yang paling umum dilakukan di berbagai belahan dunia, kini mulai berkembang, sieing semakin sempitnya lahan pemakaman di kota-kota besar. Kini di tingkat duniapun, pengurusan jenazah manusia semakin mendorong berbagai pihak membuat berbagai […]
Industri
Mengikuti sejarah peradaban manusia, beragam cara digunakan untuk mengurus jenazah manusia, mulai dengan cara kremasi, dilarung ke laut, diawetkan atau dikubur.
Berbagai metode yang paling umum dilakukan di berbagai belahan dunia, kini mulai berkembang, sieing semakin sempitnya lahan pemakaman di kota-kota besar.
Kini di tingkat duniapun, pengurusan jenazah manusia semakin mendorong berbagai pihak membuat berbagai terobosan, mencari cara-cara lain di luar penguburan.
Tradisi penguburan mayat setidaknya telah dimulai di masyarakat Mesir Kuno misalnya. Mulanya mereka menguburkan mayat di tanah dengan galian dangkal.
Kebiasaan ini berubah setelah periode dinastik Mesir dimulai sekitar tahun 3100 SM yang berbarengan dengan era kejayaan bangsa tersebut.
Kini di Negeri Paman Sam, direncanakan melakukan kremasi abu jenazah manusia dengan cara diterbangkan ke luar angkasa untuk mencapai orbitnya.
Adalah SpaceX, sebuah perusahaan transportasi luar angkasa swasta yang berbasis di Amerika Serikat, yang memelopori layanan orbit abu jenazah tersebut.
Menurut rencana 24 Juni 2019, SpaceX berencana meluncurkan roket Falcon ketiga, yang memiliki sistem peluncuran operasional paling kuat di dunia, dan mengirimkan 24 satelit yang berbeda ke orbit.
Salah satu satelit tersebut akan memuat 152 kapsul logam yang berisi abu manusia.
Adapun biaya yang akan dikenakan oleh perusahaan bernama Celestis, yang akan mengatur “penerbangan pemakaman” tersebut senilai US$5.000 atau sekitar Rp72 juta per gram abu untuk diangkut menuju orbitnya.
Celestis telah mengatur rencanapeluncuran abu kremasi para insinyur, astronot, penulis, dan bahkan aktor Star Trek.
Peluncuran SpaceX itu merupakan roket Falcon Heavy yang ketiga yang lepas landasnya di jadwalkan pada 24 Juni dengan kondisi cuaca memungkinkan.
Peluncuran jenazah yang telah dikremasi tersebut difasilitasi oleh sebuah perusahaan bernama Celestis Memorial Spaceflights, yang membeli kamar yang tersedia di pesawat ruang angkasa, memasang wadah, kemudian mengemasnya dengan kapsul logam kecil yang diisi dengan abu.
Agar abu itu memasuki orbit sebagaimana dimaksud, SpaceX pertama-tama harus melakukan apa yang disebut Elon Musk, pendiri perusahaan roket, sebut sebagai “peluncuran paling sulit.”
Variasi dan kompleksitas dari dua lusin satelit dan muatannya yang harus disiapkan. Bahkan berbagai pesawat ruang angkasa harus dikerahkan ke beberapa orbit yang berbeda menggunakan beberapa luka bakar pada mesin, ulas SpaceX dalam laporannya.
Salah satu satelit yang diluncurkan memegang Jam Atom Luar Angkasa NASA, yang dapat mengubah cara robot dan astronot menjelajahi ruang angkasa.
Sementara itu, satelit lainnya memiliki LightSail Planetary Society, sebuah eksperimen yang dapat mengubah cara kendaraan mendorong diri mereka sendiri ke tujuan. Terkait soal kapsul abu, diketahui disimpan di pesawat ruang angkasa yang sama dengan jam NASA.