Wow, Indonesia Butuh Rp3.500 Triliun untuk Turunkan Emisi Rumah Kaca
JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaksir kebutuhan investasi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 314 juta ton CO2 pada 2030 mencapai Rp3.500 triliun. Dalam hal ini, Bidang Pembangkit Listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) ditargetkan dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 156,6 juta ton CO2 atau 49,8% dari […]
Industri
JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaksir kebutuhan investasi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 314 juta ton CO2 pada 2030 mencapai Rp3.500 triliun.
Dalam hal ini, Bidang Pembangkit Listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) ditargetkan dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 156,6 juta ton CO2 atau 49,8% dari total aksi mitigasi sektor energi dengan kebutuhan investasi sebesar 1.690 triliun.
“Pemerintah telah mencanangkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton CO2 di tahun 2030 dengan estimasi kebutuhan investasi sebesar Rp3.500 triliun,” kata Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukkan Dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Ida Nuryatin Finahari dalam diskusi virtual, Rabu, 19 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Ida memaparkan sebagai upaya mencapai target Kebijakan Energi Nasional, Indonesia telah memiliki 10,4 GW pembangkit listrik terpasang berbasis EBT sepanjang semester I-2020. Pembangkit listrik tersebut didominasi oleh energi hidro dengan komposisi sekitar 6,07 GW dan energi panas bumi sebesar 2,13 GW.
Kebijakan pemerintah ini sejalan dengan ratifikasi Paris Agreement pada saat Conference on Parties (COP) 22 di Morocco, November 2016 silam. Dalam ratifikasi tersebut, Indonesia berkomitmen untuk mengurasi emisi gas rumah kaca hingga tahun 2030 sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional.
Menurut Ida, menahan kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2⁰C di atas tingkat pra-industrialisasi dan menekan kenaikan suhu global ke 1,5⁰C di atas tingkat pra-industrialisasi akan diselaraskan dengan target porsi EBT dalam bauran energi sebesar 23% pada 2025.
Komposisi Energi RI
Saat ini, suplai energi primer Indonesia masih didominasi oleh energi fosil, di mana sekitar 90% berasal dari batu bara, gas, dan minyak.
Meski telah ditargetkan, komposisi EBT dalam bauran energi primer dalam pembangkit listrik pada 2019 tercatat hanya 9,15%. Sebaliknya, komposisi terbesar maish diisi oleh batu bara sebesar 37,15% dan gas sebesar 33,58%.
“Untuk mencapai semua target di atas, pemerintah akan memperbaiki skema harga jual, regulasi dan pemberian insentif bagi investor,” tambah Ida.