<p>Ilustrasi pertambangan nikel milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO) / Vale.com</p>
Korporasi

Wow! Laba Vale Indonesia (INCO) Melonjak 100 Persen jadi Rp974,06 Miliar

  • Perseroan berhasil memperoleh peningkatan keuntungan akibat lonjakan harga nikel dalam beberapa waktu terakhir.
Korporasi
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan entitas anaknya mengumumkan pencapaian kinerja keuangan yang tidak diaudit untuk kuartal I-2022. Perseroan berhasil memperoleh peningkatan keuntungan akibat lonjakan harga nikel dalam beberapa waktu terakhir.

Berdasarkan laporan keuangannya, perseroan membukukan laba bersih sebesar US$67,65 juta atau setara dengan Rp974,06 miliar (kurs Rp14.399 per dolar AS) per 31 Maret 2022. Angka ini melonjak 100,77% year-on-year (yoy) dari US$33,69 juta pada periode yang sama tahun lalu.

CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan bahwa peningkatan laba triwulan pertama tahun ini terjadi di tengah penurunan produksi akibat sedang berlangsungnya pembangunan kembali tanur listrik 4 milik perseroan. 

“Kami mampu menghasilkan EBITDA yang lebih tinggi, laba yang lebih tinggi, dan saldo kas yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,” ujarnya melalui keterangan resmi, Senin, 9 April 2022.

Menurut dia, saldo kas yang kuat ini akan memungkinkan perseroan untuk menjalankan rencana pertumbuhan saat ini dan yang akan datang. Namun, kata Febriany, pihaknya akan tetap fokus mengoptimalkan kapasitas produksi dan meningkatkan efisiensi operasi pada saat kondisi volatilitas di pasar.

Secara tahunan, pendapatan perseroan tumbuh 13,81% dari US$206,56 juta menjadi US$235,09 juta pada tiga bulan pertama tahun ini. Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pendapatan INCO turun 12%.

Adapun harga realisasi rata-rata untuk pengiriman nikel dalam matte adalah senilai US$17.432 per ton, naik 13% dari harga pada kuartal IV-2021 sebesar US$15.372 per ton. 

Beban pokok pendapatan perseroan juga mengalami penurunan sekitar 29% dari US$201,0 juta pada akhir kuartal tahun lalu menjadi US$142,3 juta pada kuartal I-2022, sejalan dengan penurunan volume produksi pada periode triwulan pertama tahun ini.