<p>Gedung PT Pertamina (Persero). / Pertamina.com</p>
Korporasi

Wow! Pertamina Genjot Proyek, Butuh Duit Rp1.333 Triliun

  • PT Pertamina (Persero) memerlukan dana segar US$92 miliar atau Rp1.333 triliun (asumsi kurs Rp14.489 per dolar Amerika Serikat) untuk mengerjakan 300 proyek investasi dan 14 proyek strategis nasional (PSN) hingga 2024. Proyek tersebut meliputi sektor hulu, hilir, dan energi baru terbarukan (EBT).

Korporasi

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA – Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas PT Pertamina (Persero) memerlukan dana segar US$92 miliar atau Rp1.333 triliun (asumsi kurs Rp14.489 per dolar Amerika Serikat) untuk mengerjakan 300 proyek investasi dan 14 proyek strategis nasional (PSN) hingga 2024. Proyek tersebut meliputi sektor hulu, hilir, dan energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Utama (Dirut) Pertamina Nicke Widyawati mengatakan sumber dana tersebut bertumpu pada external sources. Selain mengandalkan sumber kemitraan, Nicke menyebut akan mendapat dana melalui penerbitan surat utang hingga pinjaman dari berbagai pihak.

“Pengembangan bisnis yang kami lakukan ke depan memerlukan dana yang tidak sedikit. Total value-nya mencapai US$92 miliar,” kata Nicke dalam keterangan tertulis, Sabtu, 19 Juni 2021.

Sementara itu, Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Fajriyah Usman mengatakan proyek baru tersebut punya urgensi yang tinggi bagi Pertamina. Pasalnya, proyek tersebut jadi cara Pertamina melunasi beban utang dan obligasi yang porsinya sudah cukup tinggi.

“Melalui proyek dan pemanfaatan dana yang produktif ini, Pertamina dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang secara bertahap digunakan untuk membayar pinjaman,” ujar Fajriyah.

Sebagai catatan, Pertamina harus melunasi tiga pinjaman korporasi senilai US$549,4 juta pada tahun lalu. Pada tahun ini, Pertamina juga dibebankan pembayaran obligasi senilai US$391 juta.

Meski begitu, Pertamina mengatakan pengelolaan utang Pertamina masih cukup baik dalam jangka menengah. Fajriyah pun menyebut dana yang ditarik itu punya kontribusi positif terhadap pengembangan bisnis Pertamina.

“Meski sudah cukup tinggi, ada beberapa strategi penarikan pinjaman-pinajaman yang kami lakukan, yakni disiplin pembentukan sinking fund, buyback global bond/liability management, cash management, akselerasi receivables collection antar perusahaan, serta disiplin monitoring hasil investasi,” jelas Fajriyah.

Lembaga Pemeringkat Moody’s tercatat memberikan investment grade di level BAA2 bagi Pertamina. Sementara itu, S&P dan Fitch kompak memberikan investment grade di level BBB bagi Pertamina.

“Kami melakukan upaya untuk tetap mempertahankan rasio utang dalam kontrol yang wajar sebagai perusahaan yang sehat. Debt to EBITDA tetap kita jaga, dan seluruh aspek Keuangan juga di monitor oleh Kementerian BUMN sebagai Pemegang Saham,” ucap Fajriyah. (SKO)