<p>Tren penggunaan sepeda melonjak usai pandemi. / Mainsepeda.com</p>
Gaya Hidup

Wow! Seperti Belahan Dunia Lain, Booming Naik Sepeda Juga Terjadi di Indonesia

  • Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) mencatat, penjualan sepeda melonjak hingga empat kali lipat dibandingkan kondisi normal.

Gaya Hidup
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Tidak hanya di dunia, ternyata tren naik sepeda juga booming jelang new normal di Indonesia. Pesepeda pun semakin mudah ditemui di jalanan kota hingga kampung di seluruh pelosok negeri.

Tengok saja, saat akhir pekan, sejumlah warga secara berkelompok mengendarai sepeda dengan berbagai merek. Menjelajah kota hingga pegunungan menjadi aktivitas bersepeda yang kian digandrungi.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan, keadaan tersebut merupakan pergeseran pola konsumsi masyarakat untuk hidup lebih sehat usai pandemi COVID-19.

“Ada tren gaya hidup baru di masa pandemi ini. Masyarakat jadi memandang kebutuhan olahraga menjadi kebutuhan pokok,” ungkapnya kepada TrenAsia.com, Sabtu, 27 Juni 2020.

Di samping itu, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga menjadi faktor pemicu munculnya tren bersepeda. Pasalnya, physical distancing yang dilakukan oleh masyarakat membuat aktivitas di luar lebih terbatas.

Hal ini berpengaruh terhadap penurunan jumlah kendaraan baik umum atau pribadi. “Tingkat mobilitas masyarakat masih rendah bahkan minus,” tambah Bhima.

Ia menuturkan, berdasarkan data Google Mobility per 22 juni 2020, mobilitas warga ke pusat perbelanjaan dan rekreasi secara nasional masih minus 21%, dan untuk Jakarta sendiri minus 31%.

Maka tak heran, jika kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pesepeda untuk berkeliling di sepanjang jalanan Ibu Kota.

Penjualan Sepeda Meroket

Tren ini juga dibuktikan oleh peningkatan penjualan sepeda. Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) mencatat, penjualan sepeda melonjak hingga empat kali lipat dibandingkan kondisi normal.

“Saat ini jadi momentum industri sepeda untuk bangkit,” kata Sekretaris Jenderal Apsindo Eko Wibowo.

Ijan, salah satu pemilik toko sepeda di Pasar Rumput mengakui dan membuktikannya. Omset penjualan sepeda di tokonya pun meningkat hingga 100% menjadi Rp30 juta-Rp40 juta. Dalam satu hari, terdapat 10-15 unit sepeda yang terjual.

Menurutnya, tipe sepeda yang paling banyak terjual, yakni jenis sepeda lipat dan sepeda gunung. Sementara untuk harga sepeda, ia membanderol harga bervariasi.

“Untuk sepeda baru, dijual mulai Rp500.000 sampai Rp5 juta, tergantung merek dan spesifikasi sepeda,” ujarnya.

Hal ini dialami pula oleh jajaran toko sepeda di Yogyakarta, salah satunya toko Orion. Menurut Julius, pemilik toko, peningkatan jumlah pembeli hingga dua kali lipat terjadi sejak pascalebaran bulan Mei lalu.

Ia berpendapat, selain karena tren, masyarakat tertarik untuk membeli sepeda karena ingin meningkatkan imunita. “Mungkin para pembeli ini ingin meningkatkan imunitas, makanya mereka berbondong-bondong untuk membeli sepeda,” ujarnya.

Sektor Otomotif Terjungkal

Akan tetapi, Bhima menilai tren bersepeda tidak berkontribusi besar untuk mendongkrak ekonomi. Kontribusi penjualan sepeda terhadap sektor manufaktur, ungkapnya, tidak sebesar industri otomotif.

“Tapi kontribusinya tidak sebesar dibandingkan industri otomotif,” ungkapnya.

Meskipun demikian, Bhima mengakui bahwa pandemi telah berdampak besar terhadap pelemahan industri otomotif. “Penjualan sepeda belum bisa menggantikan anjloknya penjualan otomotif,” kata Bhima.

Industri otomotif nasional semakin mengalami penurunan permintaan kendaraan bermotor akibat pandemi COVID-19.

Berdasarkan perkiraan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pasar domestik melorot 40% tahun ini. Penjualan mobil di Tanah Air diproyeksi hanya 600.000 unit dibandingkan dengan tahun 2019 sebanyak 1,03 juta unit. (SKO)