Korporasi

Wujudkan ESG, Astra Agro Lestari (AALI) Perkuat Rantai Pasok Berkelanjutan

  • PT Astra Agro Lestari (AALI) bergerak dibidang pertanian, perkebunan dan agro industri ini turut serta dalam menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan dengan memprioritaskan keseimbangan antara aspek environmental, social and governance (ESG).
Korporasi
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - PT Astra Agro Lestari (AALI) bergerak dibidang pertanian, perkebunan dan agro industri ini turut serta dalam menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan dengan memprioritaskan keseimbangan antara aspek environmental, social and governance (ESG).

Untuk memastikan keberlanjutan dari industri agro ini, perseroan memiliki dua jenis produk yaitu minyak sawit, inti sawit dan turnannya telah memegang predikat 'Produk Ramah Lingkungan Eco-Friendly Products'

Perseroan menghasilkan lebih dari 3.529.367,1 Ton TBS dan lebih dari 940.964,2 Ton CPO tersertifikasi ISPO yang berarti telah menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan pada proses produksinya.

Dilansir dari laporan keberlanjutan 2021,perseroan telah melibatkan pihak lokal untuk bermitrayang meliputi 100 UMKM dari 92 desa, lalu ada 924 pemasok lokal serta bermitra dengan kurang lebih 56.000 petani pemasok TBS dibawah 1.022 mitra jejaring.

Astra Agro berencana melakukan aksi lima tahun untuk mendorong sustainabality program yang merupakan kelanjutan dari rencana aksi sebelumnya. Perseroan menilai isu-isu terkini dan masa depan yaitu penurunan risiko dampak perubahan iklim melalui penurunan emisi gas rumah kaca tetap menjadi fokus utama.

Tuntutan konsumen untuk produk yang sustainable semakin tinggi saat ini dan ke depannya. Perilaku konsumen memainkan peranan penting yang mendorong dan memberikan tekanan kepada brand untuk membuat dan menjaga komitmen keberlanjutan yang substansial.

Perseroan berkomitmen memastikan sumber pasokan bahan baku (minyak sawit/CPO, minyak inti sawit/PKO dan buah sawit) untuk produksi minyak sawit berasal dari sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.

Maka ketelusuran sumber pemasok juga ditransparankan oleh Astra Agro, pada 2021 pasokan berasal dari 44 perusahaan yang jelas. Perseroan secara internal juga telah memiliki sistem pemantauan untuk mengidentifikasi potensi risiko deforestasi, kebakaran lahan, dan hak asasi manusia dalam rantai pasoknya.

Penerimaan TBS hingga 202 memiliki komposisi volume 42% bersumber dari perkebunan inti, 5% bersumber dari perkebunan asosiasi dan 53% bersumber dari pemasok pihak ketiga/swadaya yang berasal dari 551 Desa di sekitar anak perusahaan Perseroan.

Hingga 2021, perseroan menyediakan lapangan pekerjaan bagi 32.199 orang mulai dari karyawan kantor pusat di Jakarta hingga 46 anak perusahaan Perseroan di wilayah Aceh, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi.

Dari sisi lingkungan, perseroan berkomitmen mencegah deforestasi di mana tidak ada pembukaan baru pada areal bernilai konservasi tinggi (NKT) dan hutan dengan stok karbon tinggi (SKT) di seluruh kebun dan rantai pasoknya.

Lalu adanya pengelolaan areal NKT pada setiap anak perusahaan disesuaikan dengan kompleksitas lansekap dan keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya. Perseroan menumbuhkembangkan upaya perbaikan lingkungan melalui rehabilitasi sebagai manifestasi kesungguhan dalam mewujudkan tata kelola kebun sawit berkelanjutan.

Pada tahun 2021, kegiatan restorasi ekosistem dilakukan melalui penanaman 45.644 bibit pohon pada lahan seluas ±130 Ha yang tersebar pada 26 anak perusahaan.

Terakhir, perseroan juga melakukan pencegahan kebakaran lahan dalam konsesi, dimana Astara Agro telah memiliki sistem pencegahan kebakaran lahan yang mengacu kepada Peraturan Perundangan (Peraturan Menteri Pertanian/Permentan No. 5/2018 tentang Pembukaan dan/atau Pengolahan Lahan Perkebunan Tanpa Membakar) dan telah diimplementasikan di seluruh anak perusahaan.