Logo baru Twitter yang sekarang dikenal dengan X
Industri

X akan Kumpulkan Informasi Biometrik dan Pekerjaan Pengguna

  • Platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, yang kini dikenal sebagai X, telah mengumumkan pembaruan kontroversial terkait kebijakan privasinya

Industri

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Perubahan dan perkembangan teknologi yang begitu cepat dalam dunia media sosial mengharuskan banyak platform mengakomodir kebutuhan pengguna agar dapat bersaing. Namun seringkali serangkaian kebijakan yang diterapkan perusahaan media sosial menuai kontroversi. 

Platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, yang kini dikenal sebagai X, telah mengumumkan pembaruan kontroversial terkait kebijakan privasinya. X mengungkapkan rencananya untuk mengumpulkan informasi biometrik dan pekerjaan dari penggunanya. 

Keputusan ini telah memicu perdebatan tentang privasi digital pengguna dan ekspansi data pribadi yang semakin luas. Kebijakan ini adalah bagian dari pembaruan kebijakan privasi perusahaan, yang mencakup dua bagian terkait praktik pengumpulan data baru. Salah satu perubahan utama adalah memberikan kemampuan  X untuk dapat mengumpulkan riwayat pekerjaan dan pendidikan pengguna. Hal ini membuat X dapat mengetahui data seperti tempat kerja sebelumnya, jabatan, pendidikan terakhir, dan pengalaman pekerjaan.

Dilansir dari CNN Internasional, 5 September 2023, X juga dapat mengumpulkan preferensi pekerjaan, keterampilan dan kemampuan, aktivitas dan keterlibatan dalam pencarian kerja, dan sebagainya dari pengguna. Hal ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi lowongan pekerjaan potensial yang sesuai dengan profil pengguna. Meskipun kebijakan bisa dianggap sebagai upaya untuk meningkatkan pengalaman pengguna, banyak yang khawatir tentang ekspansi data ini dan dampaknya terhadap privasi individu.

Selain itu, bagi pengguna X Premium, perusahaan akan memberikan opsi untuk memberikan kartu identitas resmi dan gambar selfie untuk keperluan verifikasi. Ini merupakan langkah tambahan dalam mengkonfirmasi identitas pengguna dan memitigasi risiko akun palsu atau tindakan ilegal lainnya. Meskipun kebijakan ini dapat membantu meningkatkan keamanan platform, tetapi kebijakan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang apa yang akan terjadi dengan data dan bagaimana privasi pengguna akan terlindungi. 

Perubahan peraturan di seluruh dunia mulai mewajibkan perusahaan media sosial untuk memverifikasi usia penggunanya. Meskipun langkah-langkah ini bertujuan untuk melindungi anak-anak dari konten berbahaya, mereka juga meningkatkan kompleksitas kebijakan privasi dan pengumpulan data di platform-media sosial. 

Muncul pertanyaan tentang bagaimana pengguna dapat melindungi privasi mereka sambil tetap aktif di platform-media sosial. Langkah-langkah verifikasi identitas mungkin akan meningkatkan keamanan, namun pengguna harus mempertimbangkan apa yang mereka bagikan dalam platform media sosial dan bagaimana data pribadi mereka digunakan oleh perusahaan. 

Kontroversi ini menyoroti konflik antara kebijakan privasi dan keamanan di era digital yang semakin maju. Pengguna platform-media sosial harus tetap berhati-hati dan memahami implikasi dari informasi yang mereka bagikan secara online. Perdebatan tentang pengumpulan data pribadi oleh perusahaan media sosial mungkin akan terus berlanjut di masa depan.