<p>Warga mengakses salah satu platform e-commerce untuk berbelanja secara daring melalui gawai dalam rangka Hari Belanja Online Nasional atau &#8216;Harbolnas 11.11&#8217; di Tangerang, Banten, Rabu, 11 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Fintech

Xendit Luncurkan Fitur Anyar untuk UMKM Kelola Stok dan Inventaris

  • JAKARTA –  Perusahaan teknologi finansial, Xendit meluncurkan fitur baru yakni Xendit Inventory Sync. Dibekali teknologi multi-channel, fitur ini berfungsi
Fintech
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA –  Perusahaan teknologi finansial, Xendit meluncurkan fitur baru yakni Xendit Inventory Sync. Dibekali teknologi multi-channel, fitur ini berfungsi untuk mengelola stok inventaris produk yang dijual daring di e-commerce maupun situs belanja.

Fitur ini memudahkan pelaku bisnis untuk memantau jumlah stok di masing-masing kanal dalam satu dasbor yang rapi dan terintegrasi. Selama ini, pelaku bisnis masih melakukan pembaruan stok secara manual, satu per satu di setiap platform yang memakan waktu lama.

“Dengan fitur ini, hanya dengan satu kali update stok, maka semua SKU atau Stock Keeping Unit di Shopee, Tokopedia, serta website brand secara otomatis akan ter-update,” jelas Moses Lo, Co-Founder and CEO Xendit dalam siaran pers, Selasa 24 Agustus 2021.

 

Ia menambahkan, tampilan serta pengaturan Xendit Inventory Sync sengaja dirancang agar simpel dan mudah diakses. Sehingga bisa digunakan oleh siapapun, tanpa perlu coding atau keahlian teknis tertentu. 

Saat ini, Xendit Inventory Sync mendukung integrasi di Shopify, WooCommerce, Shopee, dan Tokopedia. Shopee dan Tokopedia merupakan dua platform e-commerce terbesar di Indonesia, dengan total pengunjung website masing-masing mencapai 90 juta dan 80 juta sepanjang 2020, menurut data iPrice Group & SimilarWeb.

Selain itu, hampir semua pelaku bisnis di Indonesia menerapkan strategi pemasaran multi-channel agar dapat mengkombinasikan saluran penjualan baik di marketplace maupun di situs. Indonesia mencatatkan lonjakan proporsi transaksi daring dari 2% pada 2016 menjadi 20% pada 2020. 

Diperkirakan, transaksi e-commerce pun bisa mencapai 40% dari total keseluruhan transaksi ritel di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.