Xi Jinping Dukung Kuba Lawan Blokade Ekonomi AS
- Presiden China Xi Jinping berjanji mendukung pertahanan kedaulatan nasional Kuba, menentang campur tangan asing dan blokade ekonomi Amerika Serikat. Beijing juga akan memperluas koordinasi strategis dengan Havana.
Dunia
JAKARTA - Presiden China Xi Jinping berjanji mendukung pertahanan kedaulatan nasional Kuba, menentang campur tangan asing dan blokade ekonomi Amerika Serikat. Beijing juga akan memperluas koordinasi strategis dengan Havana.
Xi menyampaikan pernyataan tersebut dalam pertemuan dengan Presiden Kuba, Miguel Diaz-Canel, di sela-sela KTT BRICS di Johannesburg, Rabu 23 Agustus 2023. Hal itu seperti diungkapkan dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri China, dikutip Kamis 24 Agustus 2023.
“China sangat menghargai dukungan kuat Kuba yang konsisten terhadap China dalam isu-isu yang melibatkan kepentingan inti China, dan akan terus mendukung Kuba dalam mempertahankan kedaulatan nasionalnya," ujar Xi.
Selain itu, Xi siap mendukung Kuba untuk menentang campur tangan asing dan blokade, serta melakukan yang terbaik untuk memberikan dukungan bagi perkembangan ekonomi dan sosial Kuba.
- Genjot Nilai Ekonomi, Masyarakat Purbalingga Lirik Potensi Pupuk Air Seni Ternak
- BI Diprediksi Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di 5,75 Persen
- Putin Diam, Spekulasi Seputar Kematian Prigozhin Makin Liar
Selama pembicaraan, Diaz-Canel menggambarkan hubungan antara Kuba dan China berada pada tingkat tertinggi sepanjang sejarah. “Masyarakat Kuba sangat mengagumi Presiden Xi Jinping dan dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada China atas pengertian dan dukungannya yang berharga untuk tujuan adil Kuba,” ujar Diaz-Canel dalam pertemuan yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
Pertemuan antara kedua pemimpin ini terjadi beberapa bulan setelah laporan media yang menyebutkan China telah mencapai kesepakatan rahasia dengan Kuba untuk mendirikan fasilitas penyadapan elektronik di pulau tersebut. Namun, pemerintah Amerika Serikat dan Kuba sangat meragukan laporan tersebut.
China dengan cepat mengutuk pemerintah dan media Amerika Serikat karena merilis apa yang mereka sebut informasi yang tidak konsisten. Beijing menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar.