<p>Presiden China Xi Jinping</p>
Dunia

Xi Jinping Pimpin China 3 Periode, Bagaimana Kondisi Market China?

  • Presiden China, Xi Jinping kembali dikukuhkan menjadi pemimpin negeri Tirai Bambu pada Senin, 24 Oktober waktu setempat

Dunia

Rizky C. Septania

BEIJING - Presiden China, Xi Jinping kembali dikukuhkan menjadi pemimpin negeri Tirai Bambu pada Senin, 24 Oktober waktu setempat. Untuk pertama kalinya setelah revolusi China, Xi Jinping menjadi Presiden yang menjabat selama tiga periode.

Setelah resmi diumumkan kembali sebagai presiden, pemerintah China mengklaim bahwa produk domestik bruto (PDB) negara tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan  prediksi ekonom.

Berdasarkan laporan CNN Internasional, PDB China tumbuh 3,9% pada kuartal ketiga dari tahun lalu. Angka ini lebih tinggi dibanding  ekspektasi pasar, Biro Statistik Nasional China yang memperkirakan pertumbuhan kisaran 3,4%.

Meski pertumbuhan ekonomi di China dilaporkan naik, angka tersebut dinilai masih di bawah target resmi tahunan yang ditetapkan pemerintah awal tahun ini.

Pun halnya dengan sejumlah investor asing masih berada dalam bayangan ketakutan menghindari ekuitas China di pasar luar negeri.

Hal ini terjadi lantaran adanya kekhawatir terjadinya pengetatan pada rezim kekuasaan Xi Jinping yang berpengaruh pada eskalasi kebijakan negeri tersebut.  Alhasil, aksi tersebut kemudian akan semakin melemahkan ekonomi.
Ekonom senior China untuk Capital Economics, Julian Evans-Pritchard mengatakan prospek pasar di negara itu masih tetap suram.

"Tidak ada prospek China mencabut kebijakan nol-Covid dalam waktu dekat, dan kami tidak mengharapkan relaksasi yang berarti sebelum 2024," ujarnya seperti dikutip TrenAsia.com dari CNN Internasional.


Pritchard melanjutkan, ditambah dengan melemahnya ekonomi global lebih lanjut dan kemerosotan terus-menerus di lini real estat China, maka semua hambatan akan terus menekan ekonomi China.

Evans-Pritchard memperkirakan PDB resmi China sebetulnya hanya tumbuh 2,5% tahun ini dan 3,5% pada 2023.

Sebagai informasi, rilis data PDB China sebetulnya baru diumumkan  setelah mengalami penundaan selama seminggu . Awalnya, data PDB kuartal ketiga China ini dijadwalkan keluar pada 18 Oktober. Namun Pemerinta menundanya tanpa penjelasan apapun.

Pejabat Kunci Pasar Terbuka China 'Menghilang' dari Kabinet

Partai Komunis China yang memboyong Xi Jinping sebagai presiden dilaporkan telah berkuasa selama dua periode. Dalam masa kekuasaan tersebut Partai Komunis China dilaporkan telah  mengadakan kongres partai dua kali dalam satu dekade dari 16 Oktober hingga 22 Oktober.

Dalam kongres tersebut, Xi Jinping berhasil menjabat sebagai presiden selama tiga periode sekaligus  melanggar preseden sebagai ketua partai.  Tak hanya itu, ia juga berhasil  mengisi tim kepemimpinan baru dengan kepemimpinannya 

Meski demikian, sejumlah pejabat ekonomi kunci yang terkenal mendukung reformasi pasar dan membuka ekonomi tidak hadir pada kabinet kepemimpinan baru. Ini kemudian  menimbulkan kekhawatiran tentang prospek ekonomi China yang dinilai sudah rapuh.

Sejumlah nama-nama tokoh kunci yang tak lagi 'dipakai' oleh Xi Jinping antara lain Perdana Menteri Li Keqiang, Wakil Perdana Menteri Liu He, dan gubernur bank sentral Yi Gang.

Menyusul pengungkapan kepemimpinan baru dan data PDB, Indeks Hang Seng (HSI)  Hong Kong jatuh pada hari Senin dan menuju kerugian terbesar sejak krisis keuangan global 2008. Perlu diketahui, HSI adalah Indeks ukuran utama sentimen investor luar negeri di China.

Pada hari Senin, indeks acuan Hang Seng Hong Kong dibuka melemah tajam dan tenggelam 6,1% pada sore hari, bersiap untuk penurunan harian terbesar sejak November 2008.

Indeks Hang Seng Tech, yang melacak 30 perusahaan teknologi terbesar yang terdaftar di Hong Kong, anjlok lebih dari 8%. Alibaba (BABA)  dan Tencent (TCEHY) masing-masing anjlok 10,5% dan 9%.

Yuan China dilaporkan melemah tajam terhadap greenback. Yuan luar negeri saat ini diperdagangkan pada 7,269 per dolar, turun 0,5% dari hari sebelumnya. Yuan darat juga turun 0,3% menjadi 7,252 per dolar.

“Tampaknya perombakan kepemimpinan menakuti investor asing untuk melepas investasi China mereka, memicu aksi jual besar-besaran di ekuitas China yang terdaftar di Hong Kong,” kata kepala strategi valas Asia di bank Mizuho Ken Cheung.

Pertanda Buruk

Beberapa analis mengatakan kepemimpinan baru bukan pertanda baik untuk prospek ekonomi atau hubungan AS-China.

“Dengan Komite Tetap Politbiro yang disusun oleh sekutu dekat Presiden Xi, pelaku pasar membaca implikasinya sebagai konsolidasi kekuatan Presiden Xi dan kelanjutan kebijakan. Tampaknya investor asing mengkhawatirkan eskalasi kebijakan yang ada seperti zero-Covid dan 'Common Prosperity', serta ketegangan China-AS," kata Cheung.

Hal serupa diungkapkan oleh Mitul Kotecha, kepala strategi pasar negara berkembang di TD Securities. Ia mengatakan  bahwa hilangnya pejabat pro-reformasi dari kepemimpinan baru menjadi pertanda buruk bagi masa depan sektor swasta China.

"Kepergian pejabat pro-stimulus dan reformis dari Komite Tetap Politbiro dan penggantian dengan sekutu Xi, menunjukkan bahwa 'Kemakmuran Bersama' akan menjadi dorongan utama para pejabat," kata Kotecha.