Ilustrasi perusahaan penguasa tambang batu bara di Indonesia / Ilustrasi: Azka Yusra
Industri

Xi Jinping Setop Bangun PLTU di Luar China, Harga Batu Bara Malah Melambung ke US$190

  • Harga batu bara Newcastle bahkan tercatat tembus US$191,1 per ton, rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.
Industri
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Pernyataan Xi Jinping untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di luar China ternyata tidak berdampak terhadap harga batu bara dunia. Harga batu bara Newcastle bahkan tercatat tembus US$191,1 per ton, rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.

Sepanjang minggu lalu, harga batu bara tercatat naik lebih dari 5%. Harga batu bara di penutupan perdagangan Jumat, 24 September 2021, tercatat meningkat 7,57% dari minggu sebelumnya ke level US$191,1 per ton.

Harga batu bara pada Senin, 20 September 2021, tercatat di level US$177,65 per ton. Sempat turun di hari selanjutnya ke level US$178,3 per ton, harga meningkat lagi pada Rabu, 22 September 2021, ke level US$182,75 per ton. Sejak itu harga pun terkerek terus hingga US$191,1 per ton.

Sepanjang tahun, harga batu bara memang tercatat meroket 124,84% (year-to-date/ytd). Pada awal perdagangan batu bara, 4 Januari 2021, harga batu bara tercatat hanya sebesar US$81,4 per ton. Sementara itu titik terendah harga batu bara hingga saat ini tercatat sebesar US$75,7 per ton.

Naiknya harga batu bara ini terutama disebabkan oleh permintaan energi yang meningkat dari banyak negara memasuki musim dingin. Lalu, naiknya harga gas alam juga membuat energi batu bara lebih ekonomis yang membuat permintaan batu bara meningkat.

Pembangkit listrik batu bara lebih ekonomis karena biaya pembangkitan listrik dengan batu bara di Eropa tercatat sebesar 44,18 Euro per MWh pada 21 September 2021. Biaya ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan pembangkitan listrik dengan gas alam yang biayanya 75,32 Euro per MWh.

Meski akan menghentikan pembiayaan batu bara di luar negaranya, produksi listrik tenaga batu bara di China tercatat meningkat 0,3% (year-on-year/yoy) ke level 516,7 TWh pada Agustus 2021.

Harga batu bara di China juga sudah menembus 1.360 Yuan per ton, jauh di atas target harga batu bara China yang berkisar 500-570 Yuan per ton. Naiknya harga ini disebabkan oleh terbatasnya suplai batu bara yang masih belum teratasi saat ini.

Pemerintah China juga sudah mengambil langkah mengatasi hal tersebut dengan meningkatkan produksi batu bara dalam negeri dan melonggarkan kuota impor batu bara.

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB beberapa waktu lalu, Presiden China Xi Jinping mengatakan negaranya akan menghentikan pembangunan pembangkit listrik bertenaga batu bara di China untuk mencapai target karbon netral pada 2060.

“China tidak akan membangun pembangkit listrik bertenaga batu bara baru di luar China,” ujar Xi Jinping dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, dikutip dari AFP, Selasa, 22 September 2021.

China memang menjadi salah satu penyumbang dana terbesar untuk proyek batu bara di negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. Pembiayaan ini juga bagian dari skema pembangunan infrastruktur global Belt and Road Initiative.

Xi mengatakan China akan berusaha untuk mencapai puncak emisi karbon dioksida sebelum 2030 dan menjadi netral karbon sebelum 2060. 

“China akan meningkatkan dukungan untuk pengembangan energi hijau dan rendah karbon di negara-negara berkembang,” katanya.