IMG_6073.webp
Korporasi

XL Axiata Selesaikan Transaksi Afiliasi dengan Link Net, Apa Dampaknya bagi Saham EXCL?

  • PT XL Axiata Tbk (EXCL) resmi menuntaskan transaksi material dan afiliasi dengan PT Link Net Tbk (LINK), dengan total nilai mencapai Rp12,94 triliun pada 27 September 2024, kemarin.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - PT XL Axiata Tbk (EXCL) resmi menuntaskan transaksi material dan afiliasi dengan PT Link Net Tbk (LINK), dengan total nilai mencapai Rp12,94 triliun pada 27 September 2024, kemarin.

Lantas, bagaimana rekomendasi sahamnya? Senior Analis Ekuitas Sinarmas Sekuritas, Yosua Zisokhi, memberikan peringkat overweight untuk sektor telekomunikasi, termasuk saham EXCL yang baru-baru ini melakukan aksi korporasi.

Ia menilai bahwa valuasi XL masih tergolong murah dan menjanjikan potensi upside yang lebih tinggi. “Target utama kami adalah EXCL, Telkomsel, dan PT Indosat Tbk (ISAT),” ujar Yosua dalam keterangannya dikutip Selasa, 1 Oktober 2024.

Yosua mengungkapkan bahwa dari segi ekspansi, EXCL masih tertinggal dibandingkan Telkomsel dan ISAT. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan ekspansi besar-besaran di luar Jawa, terutama di Sumatra, mengingat persaingan di Jawa sangat ketat. “Jika tidak, EXCL akan semakin tertinggal dari kedua kompetitornya yang besar,” ungkapnya.

Dengan penurunan biaya dana seiring dengan turunnya suku bunga acuan, Yosua optimis bahwa EXCL dapat lebih mudah melakukan ekspansi. Ia juga menyoroti perlunya inisiatif merger antara EXCL dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) agar XL Axiata dapat bersaing lebih baik dengan Indosat dan Telkomsel.

“Namun, saya pikir masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebelum merger, seperti pengurangan utang dari salah satu entitas dan kemungkinan rights issue sebelum merger benar-benar terjadi,” tutup Yosua.

Dari lantai bursa, pada perdagangan sesi pertama hari ini, saham EXCL diparkir dengan pelemahan 1,31% ke level Rp2.260 per saham. Kendati begitu, sepanjang tahun ini, saham emiten teknologi terpantau melambung 13,00%.

Sementara itu, terkait transaksi emiten bersandikan EXCL dengan Link Net ini mencakup pengambilalihan unit bisnis residensial (B2C) bernama ServeCo dari LINK, dengan nilai pembelian sebesar Rp1,87 triliun.

Sebagai bagian dari pengalihan tersebut, sekitar 750.000 pelanggan LINK berpindah ke EXCL. Selain itu, XL juga mengakuisisi broadband network gateway (BNG), software, dan aplikasi terkait milik LINK, serta perangkat di tempat pelanggan, meskipun perangkat seperti ONTs/Modem dan STB seperti wifi, wifi extender, dan smarthome tidak termasuk dalam pengalihan ini.

Di hari yang sama, EXCL juga menyelesaikan transaksi afiliasi sewa master selama 10 tahun atas jaringan Hybrid Fixed Coaxial (HFC) dan Fiber-to-The Home (FTTH) milik LINK senilai Rp11 triliun. Dengan demikian, total nilai transaksi material dan afiliasi mencapai Rp12,94 triliun.

“Penyelesaian transaksi material tanpa persetujuan RUPS dan transaksi afiliasi dengan PT Link Net Tbk,” ungkap Sekretaris Perusahaan XL Axiata, Ranty Astari Rachman, dalam pengumuman resminya pada 30 September 2024.

Transaksi ini masuk dalam kategori afiliasi karena baik XL maupun LINK dikendalikan oleh pemegang saham yang sama, yaitu Axiata Investment (Indonesia) Sdn. Bhd. (AAI). AAI merupakan pemegang saham mayoritas EXCL dengan kepemilikan 8,69 miliar saham atau 66,247%, sedangkan di LINK, AAI memiliki 2,15 miliar saham atau 75,42% secara langsung, serta 550 juta saham atau 19,22% secara tidak langsung.

Transaksi pengambilalihan atas ServeCo ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian yang telah ditandatangani oleh EXCL dan LINK pada 22 Mei 2024. Selesainya transaksi ini juga diikuti oleh hasil RUPS LINK pada 23 September 2024 yang menyetujui transaksi tersebut, serta rampungnya pengalihan perjanjian dengan pihak ketiga tertentu dari LINK ke EXCL. XL juga telah menyelesaikan uji tuntas terhadap ServeCo.

Intregasi Kunci

Manajemen EXCL menyatakan bahwa akuisisi unit bisnis residensial dari Linknet bertujuan untuk menjawab tingginya permintaan pasar terhadap layanan fixed broadband (FBB) dan fixed mobile convergence (FMC) di Indonesia. Kedua pasar ini dipandang sebagai peluang bisnis yang besar, baik saat ini maupun di masa mendatang.

“Selain permintaan layanan yang terus tumbuh, tingkat penetrasi FBB di Indonesia masih sangat rendah, lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya,” jelas manajemen XL Axiata.

Oleh karena itu, manajemen menilai penting untuk mengintegrasikan bisnis mobile dan FBB guna memaksimalkan nilai dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan. “Kami percaya bahwa transaksi ini akan memberikan nilai positif bagi seluruh pemegang saham, manajemen, dan karyawan, serta memberikan manfaat bagi industri telekomunikasi Indonesia secara luas,” tambah manajemen XL Axiata.

Setelah transaksi ini, manajemen LINK mengungkapkan bahwa perusahaan akan fokus pada infrastruktur (FiberCo) dan pengembangan serta perluasan infrastruktur jaringan fixed line dalam jangka panjang, untuk mendukung pertumbuhan jaringan yang cepat dan menyediakan koneksi internet berkualitas tinggi.

“Tidak ada perubahan dalam kegiatan usaha LINK, karena kami hanya mengalihkan pelanggan residensial dan tetap menjalankan layanan akses internet untuk pelanggan korporasi (B2B),” jelas manajemen LINK