<p>Gedung XL Axiata. / Xlaxiata.co.id</p>
Industri

XL Raup Pinjaman dari BCA Rp1,5 Triliun

  • Emiten telekomunikasi selular PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mengantongi pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) senilai Rp1,5 triliun.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

Emiten telekomunikasi selular PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mengantongi pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) senilai Rp1,5 triliun.

Sekretaris Perusahaan XL Axiata Ranty Astari Rachman mengatakan fasilitas pinjaman dari BCA itu diperoleh pada 4 Mei 2020.

“Perseroan telah menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman dengan BCA sebesar Rp1,5 triliun,” kata dia dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa, 5 Mei 2020.

Emiten bersandi saham EXCL yang dimiliki oleh Axiata Group Malaysia itu mengantongi pinjaman dengan tenor 5 tahun sejak penarikan terakhir.

Dia menegaskan, pinjaman kredit itu akan digunakan oleh manajemen provider selular XL untuk pengadaan barang modal, investasi, pembiayaan kembali pinjaman bank atau obligasi (refinancing), dan atau pembayaran kewajiban umum lainnya.

Tahun ini, manajemen XL menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp7 triliun. Dana belanja modal akan digunakan untuk penambahan kapasitas dan perluasan jaringan.

Pada akhir Maret 2020, XL telah merampungkan transaksi penjualan menara telekomunikasi kepada PT Profesional Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Protelindo) dan PT Centratama Menara Indonesia.

Saat itu, XL menjual 2.431 unit menara telekomunikasi dari rencana awal 2.782 unit. Total nilai transaksi mencapai Rp3,47 triliun.

Rincian transaksi berupa 1.399 unit menara telekomunikasi dijual kepada Protelindo. Sedangkan sisanya, sebanyak 1.032 unit dijual kepada CMI.

Sebelumnya, manajemen XL juga mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp500 miliar dalam waktu 3 bulan hingga 6 Juli 2020. Manajemen XL Axiata meyakini harga sahamnya saat ini, yang mendekati posisi terendah sepanjang masa, tidak mencerminkan fundamental bisnis yang sesungguhnya tetap kuat.

Program pembelian kembali saham EXCL ini bertujuan untuk mengirim sinyal positif ke pasar dan menanamkan kepercayaan terhadap prospek jangka panjang XL Axiata.

Kinerja XL 2019

Provider XL meraih pendapatan terbesar sepanjang sejarah perusahaan, yaitu Rp25,15 triliun. Pencapaian yang tercatat dalam laporan kinerja sepanjang 2019 ini meningkat 9% dibandingkan tahun sebelumnya, yang didorong oleh peningkatan pendapatan layanan sebesar 15% year-on-year (yoy).

Pertumbuhan pendapatan yang diraih sebesar 9% tersebut melampaui pendapatan rata-rata industri yang diperkirakan para analis sebesar 4%. Peningkatan pendapatan layanan ini terutama ditopang oleh pendapatan dari layanan data yang meningkat sebesar 28% yoy.

Secara total, kontribusi pendapatan layanan data terhadap pendapatan layanan perusahaan juga semakin besar, mencapai 89% pada 2019.

Untuk pencapaian EBITDA, perusahaan juga berhasil mencatatkan pencapaian tertinggi selama ini, yaitu sebesar Rp9,97 triliun, meningkat 17% yoy, yang didorong oleh pertumbuhan pendapatan dan efisiensi melalui fokus perusahaan pada keunggulan operasional (operational excellence).

Saat yang sama, perseroan juga meraih laba bersih sebesar Rp713 miliar dari tahun sebelumnya mengalami kerugian.

Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan perseroan fokus dan konsisten dalam menerapkan strategi yang mengutamakan layanan data, yang kini berhasil dengan sangat baik sehingga mencetak pertumbuhan pendapatan di atas rata-rata industri serta EBITDA yang kokoh.

“Pertumbuhan pendapatan didorong oleh pertumbuhan pendapatan layanan dengan data sebagai motor utama. Kami berhasil mendorong program-program upselling, dengan meningkatkan penerapan analisa perilaku kebutuhan pelanggan dengan menggunakan platform Omni Channel,” kata dia pada Februari 2020.

Sementara itu, EBITDA yang tumbuh lebih pesat dari pendapatan, dan mendorong peningkatan marjin EBITDA, menunjukkan keunggulan efisiensi XL Axiata dari sisi operasional. Neraca keuangan perusahaan saat ini juga dalam posisi sangat sehat dengan rasio net debt to EBITDA at 1,1 kali.

Dian menambahkan, perusahaan juga terus konsisten dengan strategi dual brand dengan menggunakan merek “XL” dan “AXIS” untuk menyasar segmen pasar yang berbeda, dengan penawaran produk-produk inovatif yang disesuaikan karakteristik masing-masing konsumen.

Kedua merek tersebut terus tumbuh dan mendapatkan daya tarik dari segmen pelanggan masing-masing sebagaimana dibuktikan oleh Net Promoter Scores (NPS).

Pada tahun 2019, nilai NPS XL dan AXIS juga terus tumbuh sehingga memperkuat posisi strong number two di masing-masing segmen. Keberhasilan dalam melakukan upselling dapat dilihat dari ARPU blended yang meningkat 9% menjadi Rp35.000 dari sebelumnya Rp32.000.

Selama tahun 2019, XL Axiata telah melakukan pembayaran atas pinjaman bank sebesar Rp950 miliar dan obligasi serta sukuk sejumlah Rp686 miliar melalui kas internal dan refinancing. Hingga 31 Desember 2019, perusahaan tidak memiliki pinjaman dalam mata uang dolar Amerika Serikat. (SKO)