<p>Karyawan menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu Bank BUMN di Jakarta, Selasa 2 Juni 2020. Foto: Ismail Pohan/TreAsia</p>
Dunia

Yuan Diprediksi Sulit Geser Dolar AS Meski Ada Dedolarisasi, Ini Sebabnya

  • Yuan China diprediksi akan mengalami kesulitan menggantikan dolar AS sebagai mata uang cadangan tertinggi dunia.

Dunia

Rizky C. Septania

WASHINGTON - Yuan China diprediksi akan mengalami kesulitan menggantikan dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang cadangan tertinggi dunia. Sejarawan dunia, Niall Ferguson, mengatakan hal ini tidak akan terjadi bahkan dalam 20 tahun ke depan.

Pernyataan Ferguson menjawab pertanyaan mengenai kekhawatiran bahwa pengaruh ekonomi China yang tumbuh bisa mengakhiri dominasi dolar AS.

"Sangat sulit untuk menggantikan mata uang cadangan. Butuh waktu. Ini bukan sesuatu yang terjadi secara bertahap lalu tiba-tiba," kata Ferguson dalam sebuah wawancara yang dikutip TrenAsia.com dari Insider, Rabu, 3 Mei 2023.

Dari pernyataan yang diungkapkan Ferguson, kekhawatiran yuan segera menggusur dolar tak akan terjadi jika menunjuk ke "inersia" dalam sistem keuangan internasional.

Sebagaimana diketahui, Greenback telah mempertahankan statusnya sebagai mata uang cadangan teratas dunia dan mata uang teratas dalam transaksi global selama beberapa dekade. Karenanya, para ekonom mengatakan perlu waktu lama untuk mengubah pola itu.

Yuan bahkan bukan ancaman terbesar bagi dolar. Jika menunjuk pada tingginya penggunaan mata uang bersama Eropa di seluruh transaksi global, euro akan lebih berpengaruh.

Mengutip data dari Bank of International Settlements, pada April 2022, euro menyumbang satu sisi dari 30% dari semua transaksi global harian. Jumlah ini melampaui transaksi yuan China yang digunakan dalam 7% dari semua transaksi.

Perlu digarisbawahi, dua mata uang ini masih dikerdilkan oleh penggunaan dolar yang digunakan di satu sisi 88% dari seluruh transaksi harian.

"Saya rasa China tidak bisa menggantinya dengan tergesa-gesa. Saya pikir proses ini bertahap," kata Ferguson.

Meski dolar tak akan digeser China dalam waktu dekat, Ferguson mengakui ada risiko terhadap status mata uang cadangan teratas greenback. Mengingat upaya de-dolarisasi yang meluas selama setahun terakhir karena negara-negara berusaha untuk menjauh dari dolar.

China, misalnya, telah menerapkan metode transaksi baru untuk yuannya seperti dengan menggunakan jalur pertukaran. Selain itu, China juga telah memperkuat hubungannya dengan ekonomi lain untuk menjauh dari perdagangan dalam dolar.

Celakanya, hak tersebut terjadi pada saat yang sangat penting bagi ekonomi AS. Dengan krisis plafon utang yang sedang berlangsung, nilai dolar turun dari level tertingginya selama setahun terakhir karena pasar mengharapkan The Fed untuk menekan kembali kenaikan suku bunga.

Indeks dolar AS naik 12% pada 2022 karena pejabat Fed menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi dan mereda dalam beberapa bulan terakhir. Karena itu, bank sentral diperkirakan menghentikan kenaikan suku bunga akhir tahun ini.

"Saya pikir itu akan datang, tetapi gagasan bahwa yuan akan menggantikan dolar, itu bukan cerita untuk hari ini, besok, bahkan mungkin bukan cerita 20 tahun dari sekarang," tegas Ferguson.