<p>Benteng Keraton Buton/ Sumber: kemendikbud.go.id</p>
Gaya Hidup

Yuk Kunjungi Benteng Terluas Sedunia di Buton

  • JAKARTA – Siapa sangka, benteng pertahanan terluas di dunia ternyata ada di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Dikutip dari Indonesia.go.id, namanya, Benteng Keraton Buton atau dikenal juga sebagai Benteng Wolio karena dibangun di atas Bukit Wolio. Bukit laut ini berada di Kota Baubau, ibu kota Kabupaten Buton. Luas Benteng mencapai 23,375 hektare (ha) dengan panjang keliling […]

Gaya Hidup
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Siapa sangka, benteng pertahanan terluas di dunia ternyata ada di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Dikutip dari Indonesia.go.id, namanya, Benteng Keraton Buton atau dikenal juga sebagai Benteng Wolio karena dibangun di atas Bukit Wolio. Bukit laut ini berada di Kota Baubau, ibu kota Kabupaten Buton.

Luas Benteng mencapai 23,375 hektare (ha) dengan panjang keliling tembok benteng mencapai 2.740 meter. Sebagai pembanding, luas Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, adalah 15,129 ha.

Saking luasnya, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan Guinness Book of World Record menobatkan Benteng Wolio sebagai bangunan pertahanan terluas di dunia pada September 2006. 

Benteng ini merupakan tempat pertahanan terbaik pada masanya yang juga memiliki tempat yang strategis. Sebab, benteng terletak di puncak bukit setinggi 100 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan lereng yang cukup terjal.

Dari atas benteng, wisatawan bisa melihat pemandangan spektakuler Kota Baubau dan hilir mudik kapal di Selat Buton. Selain itu, di dalam kawasan benteng dapat dijumpai berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Buton.

Sejarahnya, benteng ini berdiri sebagai pusat pertahanan dan peradaban masyarakat Buton pada zaman penjajahan Portugis.

Jika ingin ke sana, benteng ini berjarak sekitar 3 km atau sekitar 5 menit berkendara dari pusat kota.

Keunikan Benteng Keraton Buton

Dalam situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Benteng Wolio berasal dari kata welia yang artinya ‘membabat’. Penamaan itu berdasarkan sejarah pembangunannya, yakni dilakukan pembabatan dan penebangan pohon-pohon besar di sekitar bukit.

Uniknya, konstruksi bangunan yang terdiri dari batu gunung dan karang hanya direkatkan dengan putih telur memakai campuran pasir dan kapur. Adapun, tinggi dan tebal temboknya tidak sama, mengikuti kontur tanah atau lereng bukit.

Pada bagian-bagian bukit yang terjal tinggi tembok mencapai delapan meter dengan ketebalan sampai dua meter. Pada bagian dalam sisi timur dan selatan terdapat turap-turap sebagai penahan atau penguat. 

Benteng ini juga memiliki empat buah boka-boka atau pos pengintai (bastion) di empat penjuru, 12 buah lawa atau pintu gerbang, 16 benteng kecil (baluara), parit dan sistem persenjataan berupa badili atau meriam sepanjang buatan Portugis dan Belanda.

Di dalam Benteng Keraton Buton terdapat Masigi Ogena atau Masjid Agung, istana sultan (kamali), makam-makam sultan, dan pejabat tinggi serta rumah adat malige.

Ada pula perkampungan penduduk dengan rumah-rumah tradisional yang masih ditempati hingga saat ini oleh sekitar 700 kepala keluarga (KK). Rumah-rumah penduduk ini terhubung langsung dengan lingkungan istana melalui lawa.

Terdapat pula Sulana Tombi, yaitu tiang bendera setinggi 21 meter yang dibangun pada tahun 1712 di masa Sultan Buton Sakiuddin Darul Alam. Tiang bendera terbuat dari kayu jati ini berada di halaman Masjid Agung dan digunakan untuk mengibarkan longa-longa, bendera milik kesultanan berbentuk segitiga.

Di halaman masjid juga terdapat jangkar raksasa yang diambil dari kapal dagang VOC yang karam di perairan Buton pada 1592. 

Dengan keunikannya, Benteng Keraton Buton menjadi byek wisata unggulan Kota Baubau dan telah dikunjungi ribuan turis domestik dan mancanegara setiap tahunnya. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Baubau Ali Arham, Benteng Keraton Buton setiap harinya dikunjungi sekitar 300-400 turis nusantara pada 2019.

Sedangkan total kunjungan turis asing ke Benteng Keraton Buton selama 2019 sekitar 6.000 orang dan umumnya datang dari daratan Eropa. Sayangnya, sejak pandemi COVID-19,  jumlah kunjungan turis berkurang dari sebelumnya.

Meski demikian, Benteng Keraton Buton tetap dapat dikunjungi asalkan mematuhi protokol kesehatan.