<p>Suasana di salah satu Gerai Pizza Hut, Jakarta, Kamis 2 Juni 2020. Pemegang lisensi terbesar dari waralaba restoran Pizza Hut di Amerika Serikat, NPC International Inc., mengajukan bangkrut akibat penjualan yang anjlok drastis selama pandemi virus corona atau Covid-19. Namun demikian, PT Sarimelati Kencana, pengelola gerai Pizza Hut di Indonesia masih mengantongi laba Rp 6,04 miliar sepanjang kuartal I 2020. Jumlah ini turun 85% dibandingkan periode sama tahun 2019 yang mencapai Rp 40,18 miliar. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Bangkrut di AS, Sejarah Pizza Hut Sejak 1987 Hingga Punya 519 Gerai di Indonesia

  • Sarimelati memperkenalkan Pizza Hut di Indonesia pada 1987 di bawah perjanjian lisensi dengan pemegang mereknya yakni Yum! Asia Franchise Pte. Ltd.

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

JAKARTA – Kabar salah satu pemilik waralaba Pizza Hut di Amerika Serikat yang gulur tikar, memang tidak berdampak pada operasional PT Sarimelati Kencana Tbk. sebagai pengelola Pizza Hut di Indonesia. Apalagi, Sarimelati dalam posisi ekspansi meski terdampak pandemi COVID-19.

Seperti melalui penambahan tiga gerai baru di sepanjang kuartal I-2020. Atas ekspansi itu, kini Sarimelati telah mengoperasikan 519 gerai dari 516 gerai di akhir 2019.

Rasio keuangan Sarimelati juga tampak normal. Perusahaan dengan nilai aset Rp2,37 triliun ini punya liabilitas Rp1,02 triliun dengan ekuitas Rp1,35 triliun.

Hingga akhir Maret 2020, nilai penjualan Sarimelati melalui gerai-gerai Pizza Hut juga masih naik. Nilainya Rp955,64 miliar atau tumbuh 5,91% dari periode sama 2019 sebesar Rp902,28 miliar.

Meski begitu, laba bersih perseroan sedang tertekan beban penjualan dan beban operasi lainnya. Dalam tiga bulan pertama 2020, Sarimelati hanya berhasil mengumpulkan laba Rp6,04 miliar atau anjlok 84,97% dari periode sama 2019 senilai Rp40,18 miliar.

Mitra ojek online melintas usai mengambil pesanan di Gerai Pizza Hut, Jakarta, Kamis 2 Juni 2020. Pemegang lisensi terbesar dari waralaba restoran Pizza Hut di Amerika Serikat, NPC International Inc., mengajukan bangkrut akibat penjualan yang anjlok drastis selama pandemi virus corona atau Covid-19. Namun demikian, PT Sarimelati Kencana, pengelola gerai Pizza Hut di Indonesia masih mengantongi laba Rp 6,04 miliar sepanjang kuartal I 2020. Jumlah ini turun 85% dibandingkan periode sama tahun 2019 yang mencapai Rp 40,18 miliar. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Sejak Pizza Hut di Indonesia

Sarimelati memperkenalkan Pizza Hut di Indonesia pada 1987 di bawah perjanjian lisensi dengan pemegang mereknya yakni Yum! Asia Franchise Pte. Ltd. Sejak diperkenalkan, Pizza Hut di Indonesia tumbuh menjadi 14 gerai dengan konsep restoran selama lima tahun berikutnya.

Bahkan, pada 1994, Sarimelati sudah membuka 34 gerai. Ekspansi gerai Pizza Hut pun semakin besar seiring masuknya Sriboga Group pada 2004 saat Sarimelati telah memiliki 93 gerai.

Sriboga Raturaya adalah perusahaan konglomerasi di bidang perdagangan tepung terigu, properti, makanan, dan peternakan. Grup Sriboga dimiliki oleh konglomerat Alwin Arifin.

Pada akhir 2019, Sarimelati telah memiliki 258 gerai berkonsep restoran.

Inisiatif lain pun diluncurkan dengan merilis gerai berkonsep pesan antar Pizza Hut Delivery (PHD) pada 2007. Dari hanya sembilan gerai pada tiga tahun pertama, dan bertumbuh menjadi 243 hingga akhir 2019.

Dengan berbagai ekspansi gerai, Sarimelati akhirnya memutuskan untuk menjadi perusahaan publik dengan menawarkan saham melalui mekanisme initial public offering (IPO) pada Februari 2018.

Saat itu, Sarimelati menawarkan 604,37 juta saham dengan harga perdana Rp1.100 per lembar. melalui aksi ini, perseroan meraup dana Rp664,8 miliar.

Saham Sarimelati dengan kode PZZA akhirnya mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada 23 Mei 2018.

Peta persebaran toko Pizza Hut di Indonesia. / Sriboga.com

Kinerja Saham PZZA

Berbeda dengan kinerja keuangan Sarimelati yang terus bertumbuh, kinerja saham PZZA justru berbanding terbalik. Memasuki usia dua tahun di BEI, saham PZZA justru terus bergerak turun.

Hingga 3 juli 2020, saham PZZA berada pada level Rp695 per lembar. Artinya, harga saham PZZA telah turun 36,82% dari harga perdananya Rp1.100 per lembar.

Dalam dua tahun perjalanannya, saham PZZA pernah menyentuh level tertingginya Rp1.315 pada 25 Mei 2018 dengan level terendah Rp535 pada 20 Maret 2020. Kapitalisasi pasar saham PZZA mencapai Rp2,1 triliun. (SKO)