Fintech

Dolar AS Menguat, Tren Kripto Bergerak ke Arah yang Berlawanan

  • Downtrend mata uang kripto masih berlanjut dan bergerak ke arah berlawanan dengan dolar AS yang menguat.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Downtrend kripto menunjukkan gerak arah yang berlawanan dengan dolar AS yang saat ini sedang menguat 2,4% dibandingkan bulan lalu. 

Downtrend mata uang kripto dipengaruhi oleh harga saham yang jatuh karena investor dan trader memprediksi suku bunga dinaikkan lebih dari empat kali pada tahun ini seiring dengan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). 

Mengacu kepada Coin Market Cap, Bitcoin sebagai mata uang kripto yang dianggap paling minim risiko mulai mengalami kenaikan 2,74% selama 24 jam terakhir dan pada hari Jumat, 28 Januari 2022 (10.16 WIB) Bitcoin bernilai US$36.959,25. 

Akan tetapi, angka itu masih terbilang cukup rendah dibandingkan dengan level tertinggi pada minggu sebelumnya, tepatnya pada 21 Januari 2022. Sementara itu, Ethereum sebagai mata uang kripto terbesar kedua mengalami penurunan dalam time-frame yang sama dan saat ini diperdagangkan di harga US$ 2.432,28. 

Harga beberapa altcoin (mata uang kripto alternatif) mulai menunjukkan kenaikan sedikit demi sedikit meski masih terhitung berada di zona merah jika meninjau dari periode waktu tujuh hari terakhir. 

Di tengah tren bearish kripto, dolar AS justru sedang mengalami penguatan. Pada 28 Januari 2022 pukul 10.24 WIB, indeks mata uang dolar AS (DXY) berada di angka 97,1 menurut data yang diperoleh dari Trading View. 

Angka itu menunjukkan kenaikan 2,4% jika dibandingkan dengan indeks mata uang dolar di titik terendahnya selama satu bulan terakhir, yakni di angka 94,6. 

Menurut Damanick Dantes, analis pasar kripto di CoinDesk, penguatan dolar biasanya akan menyebabkan downtrend pada Bitcoin. Sebelumnya, pada bulan Juli 2021 pun terjadi kasus yang serupa, yakni Bitcoin dan indeks dolar yang bergerak ke arah berlawanan.

Untuk diketahui, pada awal 2022, Bitcoin beserta aset kripto lainnya mengalami kemerosotan yang cukup tajam karena pengetatan kebijakan moneter The Fed yang akan ditetapkan pada bulan Maret mendatang. 

Kebijakan agresif dari The Fed memicu berkurangnya permintaan dari investor terhadap aset-aset berisiko, termasuk mata uang kripto. Ketidakpastian regulasi mata uang kripto di Rusia juga turut menimbulkan sentimen negatif meski Kementerian Keuangan Rusia membantah wacana tersebut. 

Di sisi lain, saat The Fed mengindikasikan kemungkinan untuk menaikkan suku bunga sebanyak empat kali lipat dalam rangka meredam inflasi, dolar AS terdorong untuk mencapai tingkat tertingginya sejak Juni 2020.