Fenomena Tengah Hari Lebih Awal Tiap 3 November, Ini Dampaknya
Gaya Hidup

Fenomena Tengah Hari Lebih Awal Tiap 3 November, Ini Dampaknya

  • Setiap 3 November, terjadi fenomena tengah hari yang datang lebih cepat. Ketahui dampak akibat fenomena tersebut.

Gaya Hidup

Justina Nur Landhiani

JAKARTA - Setiap 3 November, terjadi fenomena tengah hari yang datang lebih cepat. Hal ini karena nilai perata waktu menjadi lebih besar sehingga matahari akan berkulminasi lebih cepat daripada dengan hari-hari biasanya dalam setahun.

Perata waktu sendiri merupakan selisih antara Waktu Matahari Sejati dengan Waktu Matahari Rata-Rata. Perata waktu ini dapat dipengaruhi karena dua faktor, yaitu kemiringan sumbu bumi dan kelonjongan orbit bumi.

Ketika kemiringan sumbu bumi menjauhi titik setimbang menuju simpangan maksimumnya yaitu saat September-Desember dan Maret-Juni, maka matahari akan transit lebih cepat. Sedangkan saat kemiringan sumbu bumi menjauhi simpangan maksimum menuju titik setimbang, yaitu Juni-September dan Desember-Maret, maka matahari akan transit jadi lebih lambat.

Kelonjongan orbit bumi ini dapat terjadi saat orbit bumi tidak sepenuhnya lingkaran sempurna, tapi berbentuk elips dengan kelonjongan 1/60. Keadaan ini biasa disebut dengan aphelion.

Ketika bumi menjauhi titik perihelion menuju aphelion yaitu pada Januari-Juli, matahari akan transit lebih lambat. Sedangkan saat bumi menjauhi titik aphelion menuju perihelion (Juli-Januari), maka matahari akan transit lebih cepat. Hal inilah yang membuat matahari jadi transit lebih cepat ketika September sampai Desember dengan puncaknya pada awal November. 

Diketahui nilai perata waktu ketika tengah hari 3 November di Indonesia adalah +16 menit 27 detik.

Dampak Fenomena Tengah Hari Lebih Awal pada 3 November

Dampak fenomena tengah hari lebih cepat pada 3 November ini maka waktu terbit matahari jadi lebih cepat. Bagi umat Muslim, waktu salat Dhuha dan waktu subuh sekaligus awal fajar astronomis (akhir malam astronomis) menjadi lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah selatan Indonesia.

Selain itu, hal tersebut dapat menyebabkan waktu terbenam matahari atau maghrib maupun waktu isya sekaligus akhir senja astronomis (awal malam astronomis) jadi lebih cepat daripada hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah utara di Indonesia.