<p>Ilustrasi ojek online Gojek dan Grab / Sakata.id</p>
Industri

Gojek dan Grab Bakal Merger, Serius Nih?

  • Saham Grab kini telah diperdagangkan dengan diskon 25%. Serupa dengan Grab, saham Gojek juga dijual dengan diskon besar.

Industri

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Kabar penggabungan atau merger dua perusahaan raksasa ride-hailing terbesar di ASEAN, Grab dan Gojek kembali santer terdengar. Keduanya dikabarkan kembali melanjutkan wacana merger setelah mendapat restu dari pemegang saham utama Grab, yakni Softbank.

Seperti di lansir Financial Times, Selasa 15 September 2020, pembahasan tersebut dipilih akibat kerugian besar yang melanda perusahaan transportasi daring di tengah pandemi COVID-19. Kedua perusahaan tersebut mengalami penuruan pendapatan yang drastis akibat adanya pembatasan sosial di berbagai negara.

Menurut seorang pialang pasar sekunder, saham Grab kini telah diperdagangkan dengan diskon 25%. Serupa dengan Grab, saham Gojek juga dijual dengan diskon besar, terutama dari pemegang saham lama yang ingin keluar dari perusahaan. Saat ini valuasi Grab ditaksir menyentuh US$14 miliar (Rp207 triliun) dan Gojek US$10 miliar (Rp148 triliun).

Pukulan besar yang disebabkan oleh pandemi secara global telah menekan bisnis ride-hailing untuk menyetujui kesepakatan merger.

Salah satu konsultan bisnis dari RedSeer, Rashan Raj mengatakan sebelum COVID-19 melanda, kedua startup decacorn ini telah bergerak menuju monetisasi yang lebih baik. Mulai menaikkan komisi yang ditarik dari mitra pengemudi dan mengurangi subsidi pelanggan.

“COVID-19 mengganggu tren ini secara material. Kebangkitan ride-hailing bisa memakan waktu lama,” katanya.

Sebelumnya, pembahasan merger Grab dan Gojek sempat terjadi enam bulan lalu. Namun mendapat tentangan dari pemilik Softbank yang merupakan investor utama Grab, Masayoshi Son. Ia khawatir pada waktu itu bisnis ride-hailing akan menjadi industri monopoli jika terjadi merger. (SKO)