<p>Foto:  Ptba.co.id</p>
Industri

Harga Batu Bara Tertekan, Laba Bersih Bukit Asam Terkoreksi 44 Persen

  • JAKARTA – Emiten batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan performa yang kurang mengesankan di kuartal III-2020. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, PTBA hanya mampu membukukan laba bersih senilai Rp1,7 triliun. Nilai tersebut turun 44% dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,1 triliun. Penurunan laba bersih ini sejalan dengan koreksi pendapatan bersih […]

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Emiten batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan performa yang kurang mengesankan di kuartal III-2020. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, PTBA hanya mampu membukukan laba bersih senilai Rp1,7 triliun. Nilai tersebut turun 44% dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,1 triliun.

Penurunan laba bersih ini sejalan dengan koreksi pendapatan bersih perseroan yang amblas 20,94% dari Rp16,25 triliun menjadi Rp12,8 triliun. Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengungkapkan, turunnya pendapatan ini disebabkan oleh melemahnya harga batu bara sepanjang tiga triwulan terakhir.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan, harga batu bara acuan (HBA) sejak awal tahun telah melorot 24%. Dari US$65,93 per ton menjadi US$49,93 per ton pada September 2020.

“Selain itu ada penurunan penjualan batu bara domestik oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara) karena lemahnya permintaan energi,” ungkap Arviyan dalam paparan kinerja kuartal III-2020 Bukit Asam, Jumat, 6 November 2020.

Minimnya konsumsi listrik di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jakarta, Banten, Jawa, dan Bali berdampak pada turunnya penyerapan batu bara PLN hingga 50%.

Di samping itu, penyerapan batu bara ekspor dari China dan India juga turut merosot menyusul adanya penerapan kuncitara pada kuartal pertama dan kedua 2020.

Tak pelak, kondisi ini memberi dampak pada volume penjualan batu bara PTBA di kuartal III. Tercatat hingga September 2020, volume penjualan batu bara Bukit Asam terjungkal 9% dari 18,6 juta ton menjadi hanya 17,7 juta ton.

Namun demikian, Arviyan tetap mengapresiasi capaian minimal ini, mengingat sekarang banyak perusahaan memang dalam tren yang sulit.

“Selama tiga kuartal kami masih mencetak laba bersih di dalam kondisi yang tidak mudah. Banyak perusahaan, baik BUMN (Badan Usaha Milik Negara) maupun non-BUMN yang kesulitan bertahan,” pungkas Arviyan.