<p>Berni (47) bersama istrinya Arianti (36) berada di gerai foodtruck &#8220;Grass Jelly Surf&#8221; miliknya yang menjual minuman segar di area perkantoran Cibis Park, kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis, 13 Agustus 2020. Bisnis yang sudah dirintis selama 6 tahun ini, masih berusaha bertahan ditengah hantaman pandemi. Sepinya event dan kegiatan komunitas foodtruck membuat Berni harus rela kehilangan omset yang selama ini diraup dari hasil usahanya yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mitra binaan Pertamina tersebut. Pria yang berlatar belakang Chef di sebuah kapal pesiar selama 2 tahun ini, berharap pemerintah khususnya wadah binaan seperti Pertamina bisa memberikan perhatian khusus kepada pelaku UMKM yang terdampak pandemi Covid-19 untuk tetap hidup di bidang usahanya dengan bantuan yang nyata menyasar pada suplai produk yang mereka pasarkan. Karena selama ini mereka hanya gencar ditawarkan bantuan berupa pinjaman dana yang justru dianggap semakin menambah beban kedepannya. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Home

Mau Mulai Usaha dan Bisnis? Genjot Literasi Keuangan Dulu..

  • JAKARTA – Di era serba digital, peluang untuk membuka usaha semakin lebar, khususnya bagi generasi milenial yang melek teknologi. Namun, tak jarang usaha yang dibangun tak bertahan lama alias macet di tengah jalan. Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya tingkat literasi keuangan. Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2019 Otoritas Jasa Keuangan […]

Home

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Di era serba digital, peluang untuk membuka usaha semakin lebar, khususnya bagi generasi milenial yang melek teknologi.

Namun, tak jarang usaha yang dibangun tak bertahan lama alias macet di tengah jalan. Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya tingkat literasi keuangan.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah, yakni 38,03%. Padahal, pengetahuan tersebut menjadi kebutuhan dasar bagi pelaku usaha.

Hal itu disepakati oleh Ali Harahap, salah satu pengusaha muda pemilik Masalalu Café. Menurutnya, dalam menjalankan bisnis baik skala kecil maupun besar, pelaku usaha membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik.

“Dibutuhkan pengelolaan keuangan yang baik supaya bisnis dapat berjalan secara berkelanjutan,” ujar Ali dalam acara Webinar Literasi Keuangan & Wirausaha “Memulai Bisnis di Masa Pandemi”, Jumat, 25 September 2020 yang merupakan kerja sama antara Akulaku Finance Indonesia dengan Universitas Tarumanagara.

Ali pun mengakui, membangun bisnis dari nol memang tidak mudah karena banyak rintangan yang harus dilalui. Namun, hal itu justru menjadi pelecut semangat bagi pengusaha untuk menguatkan mental dan mengembangkan kemampuan.

“Tentu harus diiringi dengan perencanaan keuangan yang matang,” tambahnya.

Dimulai sejak membangun tim, lanjutnya, perencanaan yang lain harus dibuat secara matang, salah satunya penentuan besaran gaji karyawan. Perencanaan keuangan ini dinilai penting untuk menjaga cash flow. Ia mengimbau agar pelaku usaha tidak menggabungkan pendapatan pribadi dengan bisnis.

Tips dari Akulaku

Senada dengan Ali, Corporate Secretary Akulaku Finance Indonesia Wildan Kesuma juga mengatakan, pemahaman literasi keuangan yang baik dapat mencegah risiko kerugian dalam berbisnis.

“Aspek keuangan harus ditingkatkan sebelum mengambil keputusan,” kata Wildan.

Sebagai perusahaan pembiayaan berbasis digital yang terdaftar dan diawasi OJK, Akulaku Finance melihat literasi keuangan merupakan pemahaman wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat.

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan tersebut, Wildan menyarankan agar masyarakat lebih sering membaca artikel dengan sumber berita yang kredibel dan terpercaya.

“Salah satu sumber informasi terlengkap mengenai literasi keuangan ada pada situs www.sikapiuangmu.ojk.go.id,” ungkap Wildan.

Selain itu, masyarakat juga dapat membaca konten-konten di media sosial resmi lembaga keuangan maupun ahli perencanaan keuangan yang berpengalaman.

Di masa pandemi, lanjut Wildan, kebiasaan masyarakat mengalami perubahan drastis, utamanya dalam berbelanja; tunai menjadi nontunai, langsung menjadi daring.

Perubahan kebiasaan dinilai membawa peluang usaha menarik bagi para merchant e-commerce, salah satunya di Akulaku Silvrr Indonesia, lini bisnis Akulaku Group.

“Ada merchant di Akulaku yang baru mulai berjualan menjelang masa pandemi, ternyata penjualannya tetap bagus hingga sekarang,” ungkap Business Development Manager Akulaku Silvrr Indonesia Adrian Iskandar.

Ia pun melihat situasi ini dapat menjadi tantangan bagi pelaku usaha untuk berinovasi. Pasalnya, potensi yang akan didapat dari berjualan secara daring kian besar. Banyak platform e-commerce yang dapat digunakan sebagai wadah penjualan, salah satunya di Akulaku.

Untuk memulai berjualan di platform tersebut, persyaratan administratif yang dibutuhkan adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Apabila berhasil mendaftar, selanjutnya mitra bisa berjualan dengan menjalankan strategi marketing.

“Mitra bisa berinovasi dengan menyajikan visual produk yang menarik dan berbeda dari yang lain,” kata Adrian. Selain itu, mitra juga dapat memanfaatkan peluang sebagai dropshiper dengan menjual produk yang sedang tren di pasaran.

Tak kalah penting, lanjutnya, usaha tersebut dijalankan dengan wawasan mengenai literasi keuangan sebagai bekal utama. (SKO)