<p>Danau buatan yang masih dibangun di kawasan Pantai Kita. (Foto: Reza Pahlevi/TrenAsia.com)</p>
Destinasi & Kuliner

Menilik Pembangunan Dua Pulau Reklamasi Jakarta

  • Dari keempat pulau yang sudah diberi izin pembangunan, hanya Pulau C dan D yang sudah bisa dikunjungi oleh masyarakat umum. Kedua pulau ini dikembangkan oleh PT Muara Wisesa Samudra, anak usaha pengembang properti Agung Sedayu Group.

Destinasi &amp; Kuliner
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Dari 13 pulau reklamasi yang rencananya dibangun di kawasan Pantai Utara Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta baru menerbitkan izin pembangunan untuk empat pulau. Keempat pulau tersebut yakni Pulau C, D, G, dan N.

Pulau C dan D berada di Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Pusat. Sementara Pulau G berada di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Pusat.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengubah ketiga nama pulau itu pada 2018. Pulau C berubah nama menjadi Kawasan Pantai Kita, Pulau D menjadi Kawasan Pantai Maju, dan Pulau G menjadi Kawasan Pantai Bersama.

Pemilihan nama ini, menurutnya, lantaran kawasan reklamasi tidak memiliki sejarah sebelumnya. Nama Kita, Maju, Bersama diharapkan dapat diartikan sebagai semangat untuk membangun ke depannya.

Dari keempat pulau yang sudah diberi izin pembangunan, hanya Pulau C dan D yang sudah bisa dikunjungi oleh masyarakat umum. Kedua pulau ini dikembangkan oleh PT Muara Wisesa Samudra, anak usaha pengembang properti Agung Sedayu Group.

Penasaran dengan pengembangannya hingga 2021 ini, TrenAsia.com mengunjungi kedua pulau reklamasi di kawasan Pantai Indah Kapuk ini.

Perjalanan menuju Pulau C dan Pulau D dimulai dari utara Pantai Indah Kapuk. Dari bundaran PIK Avenue, terus jalan ke arah utara sampai bertemu dengan Jembatan Pulau D. Setelah menempuh jembatan sepanjang 500 meter, Pulau D mulai terlihat.

Jembatan sepanjang 500 meter yang menghubungkan Pantai Maju dan kawasan Pantai Indah Kapuk. (Foto: Agung Sedayu Group)

Memasuki Pantai Maju, sudah berdiri klaster-klaster perumahan di kanan dan kiri jalan utama. Ada klaster Concerto di sebelah kiri dan klaster Serenade di sebelah kanan. Jalan utama di kawasan ini juga sudah terbangun rapi lengkap dengan penunjuk arah. Kesan pertama saat memasuki Pantai Maju memang seperti melihat sebuah kota mandiri baru.

Tidak jauh dari akses utama Pantai Maju, pujasera Food Street menyambut kehadiran pengunjung di kiri jalan. Area ini semakin ramai menjelang malam. Makanan yang dijajakan pun beragam, mulai dari makanan laut segar di Seafood Pasar Ramai, Korean barbeque di Mr. Park, hingga makanan non-halal seperti Sate Babi Johan.

Pujasera Food Street di Pantai Maju. (Foto: Reza Pahlevi/TrenAsia.com)

“Ini karena lagi puasa dan bukan weekend, biasanya sih lebih ramai,” ujar Heri, salah satu pegawai restoran Seafood Pasar Ramai.

Di seberang Food Street, terdapat ruko yang sudah dihuni oleh berbagai chain restaurant. Ada Dim Sum Central, Okinawa Sushi, serta kafe-kafe dengan berbagai nama. Di ujung jajaran ruko ini juga terdapat klub malam Holy Wings.

Setelah puas mengitari Food Street, perjalanan lanjut lurus ke bundaran PIK Pantai Maju. Dari bundaran ini, ke arah barat akan mengantarkan pengunjung menuju Pulau C atau Pulau Kita. Tapi, nanti dulu, ada satu tempat yang baru dibuka pada November 2020 di daerah bundaran ini.

Nama tempat itu Pantjoran PIK. Sama seperti Food Street sebelumnya, tempat ini juga pujasera yang menyajikan berbagai makanan. Meski begitu, yang menarik dari tempat ini bukanlah sajian makanannya melainkan desain kawasannya yang dibuat ala Chinatown atau Pecinan.

Pantjoran PIK–baru diluncurkan November 2020 lalu, kawasan ini sudah viral di media sosial. (Foto: Reza Pahlevi/TrenAsia.com)

“Pertama kali tahu tempat ini dari Instagram, ini sudah beberapa kali ke sini lagi. Tempatnya lucu,” ujar Citra, salah satu pengunjung. Sejak pertama kali dibuka, Pantjoran PIK memang sempat viral di media sosial karena desainnya yang unik ini. Tak ayal, tempat ini jadi salah satu tempat yang ramai pengunjung di Pantai Maju.

Nama Pantjoran PIK sendiri terinspirasi dari nama restoran China di daerah Glodok, Jakarta Barat. Desain keseluruhan Pantjoran PIK juga terinspirasi dari tempat makan tersebut.

Puas berjalan-jalan di Pantjoran PIK, pengunjung selanjutnya bisa ke arah timur Pantai Maju. Belum banyak sebenarnya yang bisa dilakukan di sini karena kebanyakan ruko yang sudah dibangun masih belum disewa. Meski begitu, sudah ada Food Street 2 dan Boulevard PIK di area ini.

Di pintu masuk timur Pantai Maju juga bisa ditemukan jalur jalan sehat dan sepeda santai atau yang disingkat Jalasena. Jalur Jalasena ini dibuat mengelilingi pulau dan terbagi dua menjadi utara dan selatan.

Seperti namanya, pengunjung bisa berjalan kaki maupun bersepeda di Jalasena. Pengunjung bisa menyewa sepeda dengan harga mulai dari Rp25.000. Dari penelusuran, jalur Jalasena yang terbuka untuk umum baru di daerah selatan saja, karena masih banyak pembangunan yang belum selesai di daerah utara.

Pantai Kita

Setelah berkeliling Pantai Maju, saatnya TrenAsia.com putar balik ke arah barat pulau. Di ujung barat, ada jembatan yang menghubungkan pengunjung ke Pulau C atau yang kini disebut Pantai Kita.

Belum banyak yang bisa dilakukan di Pantai Kita. Agung Sedayu Group, pengembang Pantai Kita, masih membangun proyek perumahannya di sini. Mengutip situs resminya, akan dibangun juga pusat perbelanjaan, hotel, clubhouse, dan danau buatan di sini. Danau buatannya sendiri sudah terlihat di beberapa titik Pantai Kita.

Danau buatan yang masih dibangun di kawasan Pantai Kita. (Foto: Reza Pahlevi/TrenAsia.com)

Menyusuri jalan utama Pantai Kita sampai ujungnya, ada satu-satunya area yang sudah dibuka untuk umum, yaitu Pusat Sepeda PIK. Ada tiga bangunan utama di sini, yaitu Build A Bike, ATR Cycling, dan Pacific Bike. Ketiga toko sepeda ini menjual sepeda berbagai jenis dan merek, mulai dari merek lokal hingga luar negeri.

Sehabis dari Pusat Sepeda, perjalanan dilanjutkan naik ke jembatan menuju Pantai Dadap. Melewati jembatan ini juga berarti pengunjung meninggalkan Jakarta dan memasuki Banten. Tertulis jelas batas kedua daerah ini di sepertiga pertama jembatan.

Perbatasan Jakarta-Banten di jembatan menuju Pantai Dadap. (Foto: Reza Pahlevi/TrenAsia.com)

Sesampainya di ujung jembatan, TrenAsia.com pun menginjakkan kaki di Pantai Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang. Karena berada di daerah Kosambi, PIK 2 di kawasan ini memiliki kepanjangan Pantai Indah Kosambi 2.

Saat ini, pengunjung hanya bisa menemukan Pantai Pasir Putih dan pujasera Food Street. Pantai Pasir Putih baru dibuka untuk umum pada akhir tahun lalu. Pembukaan ini pun masih dengan jam operasional terbatas, yaitu 15.00-21.00.

Jika sebelumnya hanya bisa dimasuki mobil, kawasan Pasir Putih kini sudah bisa dimasuki kendaraan roda dua juga. Untuk ke dalam, tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menikmati Pasir Putih.

Masuk ke area pantai, pandangan TrenAsia.com langsung disambut oleh hamparan pasir putih sepanjang 4 kilometer. Pasir putih ini dibawa Agung Sedayu Group dari Bangka Belitung. Sebelumnya, pasir pantai daerah ini berwarna coklat dan basah. Kawasan ini juga tetap dikunjungi banyak orang meskipun masih bulan puasa.

Pantai Pasir Putih, salah satu tujuan wisata baru di utara Jakarta. (Foto: Reza Pahlevi/TrenAsia.com)

“Ke sini niatnya main saja sih, tapi ternyata di sini bagus banget pantainya,” ujar Salsa, salah satu pengunjung dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Salsa mengatakan hadirnya pantai ini jadi alternatif wisata warga Jakarta yang ingin ke pantai selain Ancol.

Salsa datang ke Pantai Pasir Putih bersama pasangannya, Daniel. “Ini pertama kali kita ke sini. Mungkin selanjutnya kalau ke sini lagi akan bawa keluarga,” ujar Daniel. Kedua pasangan ini mengaku bersyukur pantai ini akhirnya dapat dibuka untuk umum.

Senyum juga terpancar dari muka Cahyo. Pria paruh baya ini diajak ke Pasir Putih bersama keluarga anaknya. “Senang lihat cucu bisa main di pantai, apalagi karena puasa begini pantainya tidak begitu ramai jadi lebih aman lah,” ujarnya.

TrenAsia.com pun berwisata kuliner di Food Street setelah lelah bermain di pantai. Food Street di sini menawarkan makanan yang mirip dengan Food Street yang sudah ada sebelumnya di Pantai Maju. Selain bisa menyantap makanan, pengunjung juga akan dimanja dengan live music.

Pujasera Food Street di Pantai Dadap. (Foto: Reza Pahlevi/TrenAsia.com)

Riska, pemilik kios jus Sari Buah Murni, menyebut jumlah pengunjung terus meningkat sejak dirinya pertama kali membuka toko Januari lalu. Tidak seperti pemilik toko lainnya di Food Street, ini kali pertama dirinya membuka toko di daerah PIK.

“Ini sepi karena kebetulan bulan puasa dan bukan weekend, kalau di masa normal dan weekend biasanya jauh lebih ramai,” ujar Riska. Dirinya berharap pembangunan di daerah Pantai Kita serta Pantai Dadap ini agar cepat selesai. “Kalau begitu, kan, pengunjung yang datang bisa lebih banyak,” ujarnya.

Harapan ini pun didengungkan Panjul, salah satu pegawai di Sate Babi Johan. Dirinya berharap fasilitas-fasilitas di sekitar Pantai Pasir Putih dapat lebih lengkap lagi hingga memanjakan pengunjung. “Masa ATM saja belum ada,” ujarnya tertawa.

Dengan pembangunan Pantai Maju dan Pantai Kita yang sangat progresif ini,  TrenAsia.com teringat janji Gubernur Anies Baswedan soal pulau reklamasi.

Anies bilang empat pulau reklamasi akan dibangun menjadi pusat hiburan dan ruang terbuka hijau (RTH) bagi masyarakat umum. Tentunya didukung penataan kawasan, pembangunan infrastruktur, dan fasilitas publik yang mumpuni.

Hal itu pun akhirnya terbukti dengan implementasi yang dilakukan pengembang dalam membangun Pulau C dan D. Kawasan ini tidak hanya berisi pemukiman, tapi juga menawarkan  ruang terbuka publik (public space) yang nyaman untuk pengunjung. (RCS)