OJK Ungkap Alasan Meruginya Industri Fintech Lending di Awal 2024
- Meskipun industri fintech P2P lending terus berkembang secara dinamis, ada faktor yang menjadi pemicu terjadinya rugi pada Januari 2024.
Fintech
JAKARTA – Industri fintech peer-to-peer (P2P) lending pada awal tahun 2024 mencatat kerugian setelah pada akhir tahun 2023 mencatat laba bersih.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku pengawas industri keuangan di Indonesia, telah melakukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi penyebab dari penurunan kinerja ini.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, memberikan gambaran mengenai situasi ini.
- Adaro Energy (ADRO) Siap Bangun Fasilitas Air Bersih di Bekasi
- Iran - Israel Konflik, Ini Potensi Imbas ke Ekonomi Indonesia
- Catat! Hari Ini Cum Dividen Jumbo ITMG Rp1.747 per Saham
Menurut Agusman, meskipun industri fintech P2P lending terus berkembang secara dinamis, ada faktor yang menjadi pemicu terjadinya rugi pada Januari 2024.
Salah satu data yang menarik perhatian adalah pertumbuhan pendapatan operasional yang mencapai 10,69% year-on-year (yoy).
Hal ini seharusnya menjadi kabar baik bagi industri, menandakan bahwa permintaan atas layanan P2P lending terus meningkat. Namun, hal tersebut diimbangi dengan peningkatan biaya operasional yang lebih tinggi, yaitu sebesar 19,03% yoy.
Agusman menekankan bahwa salah satu kontributor utama dari peningkatan biaya operasional adalah biaya ketenagakerjaan atau sumber daya manusia (SDM).
Ini menunjukkan bahwa untuk menjalankan operasionalnya, perusahaan fintech P2P lending mungkin telah merekrut lebih banyak karyawan atau memberikan kompensasi yang lebih tinggi kepada karyawan yang sudah ada.
“Dari peningkatan biaya operasional tersebut diketahui bahwa proporsi peningkatan terbesar disumbang dari adanya peningkatan biaya ketenagakerjaan,” papar Agusman melalui jawaban tertulis, dikutip Rabu, 17 April 2024.
- 10 Idol K-Pop Paling Tajir di Tahun 2024
- 10 Mata Uang Terendah di Dunia, Ada Rupiah
- Solo Safari Buka Saat Lebaran: Berikut Harga Tiket, Daftar Aktivitas dan Jadwal Pertunjukan
Untuk diketahui, data statistik terbaru yang dirilis oleh OJK mengungkapkan bahwa secara akumulatif, industri pinjol di Indonesia berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp4,43 triliun selama periode Januari hingga Desember 2023.
Namun, situasinya berubah drastis pada bulan Januari 2024, yang mana industri fintech P2P lending harus mencatatkan kerugian bersih yang cukup signifikan.
Baca Juga: AFPI Harapkan Batas Tertinggi Pendanaan Fintech Lending Bisa Capai Rp10 Miliar
Perbandingan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya juga menunjukkan perbedaan yang mencolok karena pada Januari 2023, industri ini mencatat laba bersih sebesar Rp50,48 miliar.
Selain itu, terjadi penurunan kinerja yang signifikan dilihat dari rasio profitabilitas. OJK mencatatkan rasio tingkat pengembalian atas aset (return on asset/ROA) sebesar -1,93%. Pada bulan Januari tahun sebelumnya, ROA industri tercatat sebesar 0,79%.
Kemudian, terjadi penurunan juga pada rasio tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) dari 1,66% pada Januari 2023 menjadi -3,76% pada Januari 2024.
Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga mengalami kenaikan menjadi 95,87% pada bulan Januari 2024, meningkat dari 89,75% pada bulan Desember 2023.
OJK juga mencatat tingkat keberhasilan pembayaran dalam 90 hari (TKB90) sebesar 97,05%, yang berarti tingkat kredit macet atau wanprestasi dalam 90 hari (TWP90) berada pada angka 2,95%.
Pada periode yang sama tahun sebelumnya, TKB90 tercatat sebesar 97,25%, sedangkan TWP 90 berada di level 2,75%.
Secara lebih detail, kerugian bersih yang dialami industri fintech P2P lending sejalan dengan peningkatan jumlah beban operasional sebesar 19,03% secara tahunan.
Baca Juga: AFPI: Pembiayaan Fintech Lending untuk Pendidikan Bisnis Sah!
Meskipun begitu, pendapatan operasional tetap tumbuh sebesar 10,69% secara tahunan menjadi Rp1,1 triliun, dibandingkan dengan Rp998,79 miliar pada tahun sebelumnya.
Pada bulan Januari 2024, total pinjaman yang disalurkan oleh industri pinjol mencapai Rp22,07 triliun, mengalami peningkatan sebesar 17,79% dibandingkan dengan Rp18,74 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya sementara jumlah penerima pinjaman mencapai 9,94 juta akun.
Kinerja industri fintech P2P lending pada bulan Januari 2024 tercatat oleh OJK dengan 101 penyelenggara pinjol mencatatkan total aset senilai Rp7,03 triliun naik 9,5% dari Rp6,4 triliun yang dibukukan pada Januari 2023.
Sementara itu, total liabilitas industri mencapai Rp3,43 triliun atau tumbuh secara tahunan sebesar 1,7% dari Rp3,36 triliun. Dengan demikian, ekuitas industri tercatat sebesar Rp3,6 triliun dengan pertumbuhan 18% secara tahunan dari Rp3,04 triliun.