Photo by Polina Tankilevitch: https://www.pexels.com/photo/photograph-of-a-woman-sitting-with-a-donut-on-her-finger-6516037/
Gaya Hidup

Puasa Intermiten Diet Pembatasan Kalori Efektifnya Pengaruhi Bakteri Baik pada Usus

  • Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam hal keragaman mikrobioma, kedua strategi penurunan berat badan sama-sama berhasil. Demikian pula, mereka melihat perubahan dalam struktur taksonomi keseluruhan dari komposisi mikrobioma di semua peserta di kedua kelompok intervensi.

Gaya Hidup

Rumpi Rahayu

JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa puasa intermiten dan pembatasan kalori bisa mengubah komposisi mikrobioma di usus. Alhasil, fungsi lain di dalam tubuh juga ikut terpengaruh. 

Pada dasarnya mikrobioma usus setiap orang itu unik dan banyak suplemen probiotik yang dijual di toko grosir mungkin tidak efektif untuk meningkatkan kesehatan usus semua orang. Penelitian dengan spesialisasi peran mikrobioma usus pada obesitas dan penyakit kardiometabolik menunjukkan pentingnya meningkatkan keragaman mikrobioma. 

Penelitian oleh Stanislawski dan rekannya di Fakultas Kedokteran CU bertujuan untuk memahami hubungan antara perubahan pola makan dan mikrobioma. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan mikrobiota usus dapat mempengaruhi metabolisme selama intervensi diet penurunan berat badan.

Puasa Intermiten vs Diet Pembatasan Kalori

Stanislawski berkolaborasi dengan profesor asosiasi Departemen Kedokteran CU Vicki Catenacci, MD, yang memimpin studi intervensi penurunan berat badan membandingkan efek dari diet yang populer yaitu puasa intermiten dan pembatasan kalori harian.

Stanislawski meneliti efek intervensi pada mikrobiota usus peserta dan menemukan bahwa kedua pendekatan memiliki dampak positif dalam membantu diversifikasi mikrobioma.

Dalam satu kelompok, peserta diinstruksikan untuk berpuasa tiga hari berturut-turut per minggu. Pada hari-hari puasa, para peserta harus makan sekitar 25% dari apa yang biasa mereka makan, dan pada hari-hari non-puasa mereka boleh makan apapun yang mereka inginkan. 

Di kelompok lain, peserta diinstruksikan untuk mengurangi kalori setiap hari dengan jumlah yang sama, sekitar 30% dari kebutuhan pemeliharaan berat badan. Peserta juga diberi dukungan perilaku selama intervensi dan disarankan tentang cara untuk meningkatkan kualitas diet mereka termasuk peningkatan aktivitas fisik.

"Dr. Catenacci dan timnya bertujuan untuk memahami puasa intermiten karena menjadi sangat populer, tetapi beberapa dokter ragu merekomendasikannya untuk menurunkan berat badan," kata Stanislawski. 

"Ini bisa memberi orang yang mencoba menurunkan berat badan lebih banyak pilihan. Seperti yang Anda bayangkan, bisa makan apa pun yang Anda inginkan pada hari tertentu, seperti untuk pesta atau pertemuan sosial, sangat membantu." tambahnya. 

Dalam studi percontohan yang berfokus pada tiga bulan pertama dari studi intervensi satu tahun, para peneliti mencatat beberapa perubahan mikrobioma pada kedua kelompok peserta.

"Ada berbagai ukuran microbioma yang cenderung kita temukan," jelas Stanislawski. Salah satunya disebut keragaman alfa, dan ukuran ini mewakili keragaman berbagai jenis mikroba di suatu lingkungan. 

Meskipun tidak selalu benar, mikrobioma yang lebih beragam dan kuat sering dikaitkan dengan kesehatan yang lebih baik. 

“Mungkin karena, ketika Anda memiliki kumpulan mikroba yang lebih beragam di usus, maka Anda memiliki lebih banyak mikroba yang dapat merespons berbagai dampak kesehatan." jelas Stanislawski

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam hal keragaman mikrobioma, kedua strategi penurunan berat badan sama-sama berhasil. Demikian pula, mereka melihat perubahan dalam struktur taksonomi keseluruhan dari komposisi mikrobioma di semua peserta di kedua kelompok intervensi.

"Ini berarti Anda dapat memilih strategi diet penurunan berat badan yang sesuai untuk Anda, dan mikrobioma Anda kemungkinan besar akan bergeser dan meningkatkan keragaman," kata Stanislawski.