Nampak buruh tengah memilah memisahkan bawang merah dan daunnya di kawasan Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes, Minggu 17 April 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Tekan Food Loss, Pemerintah Kembangkan Teknologi Iridasi Makanan

  • Indonesia saat ini mengalami food loss and waste (susut pangan dan limbah pangan) hingga 31%. Keadaan itu menyebabkan kerugian mencapai Rp550 triliun. Rinciannya 14% makanan hilang (food loss) saat panen dan 17% saat dihidangkan di meja.

Nasional

Khafidz Abdulah Budianto

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengembangkan teknologi pasca panen, Selasa, 10 Oktober 2023. Pengembangan teknologi diperlukan lantaran ada 14% makanan hilang (food loss) saat panen dan 17% saat dihidangkan di meja makan.

“Beliau (kepala BRIN) utang pada saya untuk teknologi iradiasi, Saya ingin menggunakan teknologi iradiasi untuk memperpanjang shelf life,” ujar Pelaksana Tugas Menteri Pertanian, Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya, Rabu, 10 Oktober 2023. 

Teknologi iridasi menjadi salah satu satu strategi yang sedang dikembangkan BRIN untuk permasalahan tersebut. Dalam teknologi iridasi makanan, zat radioaktif maupun akselerator digunakan untuk melakukan penyinaran terhadap pangan. 

Tujuan penyinaran itu untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan pangan serta membebaskan dari jasad renik patogen. Terdapat beberapa bahan pangan yang direncanakan menggunakan teknologi tersebut untuk shelf life seperti cabai, bawang merah, dan telur.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengungkapkan jika penelitian soal teknologi iridasi tidak hanya pada tahap ekstensifikasi namun juga intensifikasi termasuk hingga tahap pascapanen. 

Dengan begitu, pahan pangan seperti misal bawang merah dapat bertahan dua sampai tiga bulan hingga sampai pada konsumen tanpa berkurang kualitasnya. “Tahan 2-3 bulan sehingga bisa didistribusikan ke berbagai lokasi tanpa harus jatuh harganya,” ucap Laksana.

Sebabkan Kerugian Ratusan Triliun

Indonesia saat ini mengalami food loss and waste (susut pangan dan limbah pangan) hingga 31%. Keadaan itu menyebabkan kerugian mencapai Rp550 triliun. Rinciannya 14% makanan hilang (food loss) saat panen dan 17% saat dihidangkan di meja. 

Indonesia membuang sampah makanan 23-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019 berdasarkan hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2021. Akibatnya kerugian ekonomi yang dialami mencapai Rp213-551 triliun per tahun atau setara dengan 4% - 5% PDB Indonesia per tahun.

 Jika dikalkulasi, angka tersebut dapat digunakan untuk menghidupi 61-125 juta orang atau sama dengan 29-47% populasi rakyat Indonesia. Guna mengurangi adanya food loss and waste, terdapat tiga strategi yang dilakukan pemerintah.

Strategi pertama yaitu dengan membuat platform dan berkolaborasi lintas sektor yang melibatkan tiga kelompok pelaku. Kelompok pertama yaitu penyedia makanan/donator yang meliputi restoran, hotel dan retail dan penjual makanan lainnya. 

Kelompok kedua adalah organisasi sosial yang menjadi food hub yang bertugas dalam menguhubungkan penyedia/donor makanan dengan kelompok penerima. Mereka terdiri dari  FoodBank of Indonesia, Yayasan Surplus, Badan Amil Zakat Nasional, serta lainnya. 

Kelompok terakhir adalah kelompok penerima manfaat yang tengah menghadapi masalah kekurangan pangan. Kelompok ini terdiri dari anak-anak, lansia, panti asuhan serta para pihak yang membutuhkan.